(photo: http://solospiritislam.com/wp-content/uploads/2009/03/image.jpg) |
Dakwah yang muntijah (sukses) adalah dakwah yang
berbasiskan halaqoh /usroh yang muntijah. Tanpa lahirnya halaqoh /usroh yang
muntijah, dakwah berubah menjadi syi’ar belaka yang kurang banyak artinya bagi
pembentukan umat yang tangguh (takwinul ummah). Padahal, hanya dengan takwinul
ummah, ummat Islam dapat maju dan Berjaya melawan musuh-musuhnya.
Oleh karena itu, pembentukan halaqoh /usroh yang
muntijah menjadi urgen adanya. Bagaimana agar halaqoh /usroh dapat berjalan secra dinamis dan
meningkat produktifitasnya? Bagaimana agar halaqoh /usroh dapat berjalan dengan
menggairahkan dan tidak terjebak dalam kejemuan?
Halaqoh /usroh merupakan istilah yang berhubungan
dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah
Islamiyah). Istilah halaqoh (lingkaran) bias any digunakan untuk menggambarkan
sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta
dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam
dengan manhaj (kurikulum) tertentu. Biasanya kurikulum tersebut berasal dari
murobbi/naqib yang mendapatkannya dari jamaah/ organisasi yang menaungi halaqoh
atau usroh tersebut. Dibeberapa kalangan, halaqoh /usroh disebut juga dengan
mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.
Halaqoh /usroh adalah sekumpulan orang yang ingin
mempelajari dan mengamalkan islam secara serius. Biasanya mereka terbentuk
karena kesadaran mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan islam secara
bersama-sama (amal jama’i). kesadaran itu muncul setelah mereka bersentuhan dan
menerima dakwah dari orang-orang yang telah mengikuti halaqoh /usroh terlebih
dahulu baik melalui forum-forum umum seperti tabligh, seminar, pelatihan
/dauroh, maupun karna dakwah interpersonal atau dakwah fardiyah.
Biasanya peserta halaqoh dipimpin dan dibimbing oleh
seorang murobbi atau Pembina. Murobbi disebut juga dengan mentor, Pembina,
ustadz /guru, dan mas’ul (penanggung jawab) atau naqib (naqib). Murobi bekerja
sama dengan peserta halaqoh /usroh untuk mencapai tujuan halaqoh /usroh yaitu
terbentuknya muslim yang islami dan berkarakter da’I (takwinul islamiyah wa
da’iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut, murobbi atau naqib berusaha agar
peserta hadir secara rutin dalam pertemuan atau halaqoh tanpa merasa jemu dan
bosan. Kehadiran peserta secara rutin penting artinya dalam menjaga kekompakan
halaqoh atau usroh agar tetap produktif untuk mencapai tujuannya.
Umat islam akan mengalami kerugian yang besar jika
system halaqoh /usroh tidak berkembang dan punah. Hal ini karena halaqoh /usroh
merupakan sarana efektif untuk melahirkan kader-kader islam yang tangguh dan
siap berkorban memperjuangkan Islam.
Mewujudkan halaqoh/usroh yang muntijah
Kriteria sebuah halaqoh/usroh yang muntijah ada dua
:
1. Tercapainya dinamisasi,
sehingga jalannya halaqoh /usroh
berlangsungdengan menggairahkan dan tidak menjemukan
2. Tercapainya produktifitas,
sehingga tujuan halaqoh/usroh dapat terwujud.
Beberapa tipe Halaqoh/usroh
1. Halaqoh/usroh tipe sukses
(muntijah)
2. Halaqoh/usroh tipe paguyuban
3. Halaqoh/usroh tipe jenuh
4. Halaqoh/usroh tipe sedang
5. Halaqoh/usroh tipe rendah
Tipe muntijah adalah halaqoh/usroh yang factor
dinamisasinya tinggi dan factor produktifitasnya tinggi. Inilah halaqoh/usroh
yang prestasinya paling baik. Halaqoh/usroh yang menjadi idaman setiap aktifis dakwah.
Kendala yang terjadi dalam suatu halaqoh/usroh
Dalam perjalannya, tidak selalu ditemukan
halaqoh/usroh yang bertipe muntijah, namun banyak juga halaqoh/usroh yang
kurang dinamis dan kurang produktif. Banyak juga persoalan dan permasalahn yang
dijumpai dalam perjalan halaqoh/usroh. Persoalan-persoalan yang ada dalam
dinamika kelompok yang dapat dijumpai dalam ikatan halaqoh/usroh antara lain sebagai
berikut:
- kohesi/persatuan, dalam persoalan kohesi ini akan
terlihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses
pengelompokkan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan
sebagainya. Dalam kasus ini misalnya seorang anggota merasa bermasalah
dengan tingkat kehadiran anggota yang lain sehingga ikut mempengaruhi
dirinya dalam menilai kelompok halaqohnya. Kasus lain misalnya, dia bukan
berada dalam satuan pekerjaan yang sama dengan anggota lain, usia anggota
sangat berjauhan, dan sebagainya.
- motive/dorongan, persoalan motive atau dorongan ini
berkisar kepada ketertarikan anggota terhadap kehidupan kelompok seperti
kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan
sebagainya. Kasus ini misalnya adanya anggota yang tidak memiliki quwwatul
indhifa’ dalam berhalaqoh sehingga selalu mengalami kendala dalam
aktivitas halaqohnya
- struktur, persoalan ini terlihat pada bentuk
pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota,
pembagian tugas, dan sebagainya. Misalnya, kasus seorang murobbi yang
tidak memberikan tugas secara proporsional kepada seluruh anggotanya
menyebabkan struktur halaqoh pincang.
- pimpinan, persoalan yang satu ini tidak kalah
pentingnya pada kehidupan berkelompok. Hal ini terlihat pada bentuk-bentuk
kepemimpinan, tugas pemimpin, dan sebagainya. Ada kalanya ketidakcocokan
antara murobbi dengan anggotanya lebih disebabkan gaya kepemimpinannya
dalam mengelola aktivitas halaqoh yang dianggap tak sesuai dengan harapan
anggota
- perkembangan kelompok, persoalan perkembangan kelompok
dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat
pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota kelompok tetap berada
dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya. Kasus-kasus seperti
anggota yang sering dipindah-pindah, atau ditinggal murobbi tanpa
pengontrolan, keringnya nuansa ukhuwah antaranggota.
Solusi atas Kendala yang terjadi
Sering dalam interaksi antaranggota terjadi konflik
antaranggota, anggota dengan murobbinya, anngota dengan keluarganya dan
sebagainya. Konflik ini perlu dicarikan solusinya dengan tepat. Dengan solusi
yang tepat diharapkan konflik mereda dan hilang sama sekali, sebaliknya bila
solusinya tidak tepat, konflik masih tetap ada bahkan bisa jadi membesar
dan menyebabkan kefuturan bagi anggota itu karena akumulasi
kekecewaan-kekecewaan.
Bagaimana mengatasinya :
- tentukan dahulu persoalan dengan tepat
- munculkan perilaku asertif yakni
a. keberanian dan kejujuran untuk
mengungkapkan pendapat, perasaan, kehendak, dan putusan
pribadi seperti apa adanya tanpa merendahkan diri sendiri dan orang lain.
b. kesadaran akan hak dan kewajiban diri
sendiri dan orang lain serta berupaya memenuhinya secara timbal
balik
- mengembangkan sikap mendengar aktif, pesan diri,
dan umpan balik antar peserta dengan murabbi
- gunakanlah manajemen konflik untuk menyelesaikan persoalan
secara win-win solution mengembangkan hikmah syura dalam halaqoh tarbiyah.
Wallahua’lam
bishshowab.
(Sumber: Satria Hadi Lubis, dan berbagai sumber)
0 comments:
Posting Komentar