Baiti Jannati, begitu Rasulullah mengilustrasikan kehidupan rumah tangga
beliau yang penuh dengan keharmonisan, kebahagiaan, ketenangan, sakinah,
mawaddah, dan rahmah. Rumah tangga yang dibangun bukan atas pondasi syahwat
terhadap kecantikan, harta, pangkat, jabatan serta pesona dunia lainnya. Tapi
sebuah keluarga yang dibangun karena ketaatan kepada Allah. Sampai akhir zaman
keluarga beliau merupakan rujukan utama bagi mereka yang mendambakan syurga
dunia.
Syurga dunia itu hanya dapat diwujudkan oleh pasangan laki-laki sholeh dan
wanita sholehah, yang memahami betul kewajiban masing-masing untuk saling
berbagi, mengokohkan kelebihan, dan menutupi segala kekurangan masing-masing.
Keikhlasan kita menerima pasangan apa adanya, baik itu fisik, intelektual,
ekonomi, keturunan, dan sebagainya, karena kita bukanlah Muhammad yang
sempurna, Yusuf yang tampan, Umar bin Khatab yang gagah perkasa, Mush’ab Bin
Umair yang serba kecukupan, Salman Al-farisi yang ahli strategi, Abdurahman Bin
‘Auf yang ahli ibadah.
Jangan juga bermimpi dan meninggikan diri, karena kita bukanlah Khadijah
yang kaya raya, Aisyah yang cendikiawan, Fatimah yang tabah dan putri seorang
pemimpin besar, Ratu Balqis yang cantik jelita, Asma binti Yazid yang kritis
dan cerdas, Hafshah binti Umar yang ahli ibadah. Kita hanyalah manusia biasa,
yang berusaha memadukan dua unsur menjadi sebuah kekuatan, yang dengannya kita
mengharapkan keridhoan dari Allah, mengikuti sunnah Rasulullah, sumber
investasi abadi, serta meneguhkan langkah.
Pasangan kita adalah pakaian kita. Siapapun tidak ingin pakaiannya kumuh dan
lusuh, ia pasti ingin pakaiannya nyaman, tidak kebesaran, tidak pula kekecilan.
Kehati-hatian saat memilih dan membelinya merupakan indikator mendapatkan
pakaian yang baik.
Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada para pemuda agar lebih
memprioritaskan memilih zatuddin (wanita shalihah) untuk dijadikan pendamping
hidupnya.
Beliau mengatakan “Wanita dinikahi karena empat perkara: “Karena
hartanya, kecantikannya, nasabnya dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama
(shalehah) niscaya engkau akan bahagia”. (HR. Muttafaqun Alaih)
Begitupun kepada wanita, hendaklah ia memilih laki-laki yang baik pemahaman
agamanya, yang hatinya tertaut pada rumah Allah, yang dalam pikirannya terpeta
semangat memajukan Islam, mempunyai visi dan misi yang jelas dalam membangun
keluarga, memiliki wibawa dihadapan istri dan anak-anaknya, memiliki tanggung
jawab memberi nafkah, tidak saja batin, tapi juga lahir, termasuk di dalamnya
mengajarkan ilmu.
Ketika rumah tangga itu telah berlayar, tetapi dalam perjalanannya kita
menemukan badai besar yang menghantam, segeralah introspeksi diri atas proses
membangun kapal besar rumah tangga kita. Rumah tangga manapun termasuk rumah
tangga Rasulullah pernah memiliki masalah. Cuma bedanya, masalah dalam rumah
tangga Rasulullah merupakan keindahan yang memberkati.
Mungkin proses terbentuknya rumah tangga kita dulunya diselimuti debu dan
syahwat dunia, yang menyebabkan ridho dan barakah dari Allah sirna. Sehingga
setiap perbedaan sedikit saja dan masalah kecil menjadi prahara. Istri tidak
ikhlas melayani suami, suamipun coba-coba berpaling, tidak ada keterbukaan,
tidak ada kejujuran, tidak saling menghargai, tidak saling menyayangi, cinta
kasih yang hanya dirajut beberapa bulan berubah jadi dendam dan angkara murka.
Inilah yang dinamakan neraka dunia.
Astaghfirullah, segeralah mohon ampun kepada Allah atas sisi-sisi hati yang
berpaling dari petunjuk-Nya. Kekhilafan tidak melibatkan Allah dalam membuat
keputusan panjang akan menyengsarakan tidak saja di dunia, tapi juga kelak
diakhirat, satu sama lain akan menjadi musuh. Sebesar apapun kekhilafan kita,
lautan ampun dan Maghfirah Allah seluas langit dan bumi. Segeralah menghadap
pada-Nya, memohon agar kita diberikan seseorang yang dapat menentramkan hati,
menjaga kehormatan diri, meneguhkan langkah, saling mengingatkan dalam ibadah.
Karena tidak ada satu pun yang kita lakukan di dunia ini melainkan hanya untuk
ibadah kepada Allah.
Mudah-mudahan Allah memperkenankan kita mendapatkan suami yang sholeh, yang
menggauli istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, yang mengajarkan
istrinya ilmu dunia dan agama. Seorang suami yang memiliki takut dan harap
hanya kepada Allah, khusyuk dalam ibadah, giat mencari nafkah, bertanggung
jawab terhadap keselamatan istri dan anak-anaknya baik di dunia maupun di
akhirat.
Mudah-mudahan kita diberikan seorang istri yang taat beribadah, halus dan
lembut, terhormat dengan hijab yang menjaga dirinya, yang dalam dirinya
berkumpul kebaikan, terdidik dengan tarbiyah islamiyah, ridho melayani suaminya
kapanpun, mendidik anak-anaknya secara islami, yang menjadikan keluarga sebagai
jembatan menggapai ridho Allah.
Rumahku Syurgaku merupakan keinginan setiap insan. Untuk mendapatkannya,
jadikanlah keluarga Rasulullah sebagai rujukan utama. Keluarga tersebut telah
membuktikan kepada dunia hingga akhir zaman, bahwa tidak ada kebahagiaan dan
ketentraman yang melebihi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, yang terdiri
dari laki-laki yang sholeh dan wanita yang sholehah, yang menjadikan Islam
sebagai sumber kekuatannya.
0 comments:
Posting Komentar