heroe

Kamis, 30 Agustus 2012

Bercinta Karena Allah



KETAHUILAH bahwa bercinta karena Allah adalah bagian dari konsekuensi dan kesempurnaan cinta kepada-Nya, dan bukan yang merusak cinta tersebut. karena konsekuensi dari mencintai Kekasih adalah mencintai apa yang dicintainya dan menyenangi segala hal yang menopang pencapaian keridhaan dan kedekatan dengan-Nya. Di antaranya adalah mencintai para Nabi, orang shalih, dan berbagai amal shalih. Mencintai hal-hal di atas adalah bagian dari kesempurnaan cinta kepada Allah.
Seorang mukmin tak mungkin tidak mencintai apa yang bisa membantunya mencapai ridha Allah dan membawanya kepada cinta dan kedekatan dengan-Nya.
Jika Anda mencintai seseorang karena Allah sebenarnya Anda mencintai Allah. Tiapkali Anda membayangkannya dalam hati Anda, maka sesungguhnya Anda membayangkan apa yang dicintai Allah, lalu Anda mencintainya. Sebagaimana jika Anda mengingat Nabi saw., para Nabi dan Rasul sebelumnya, dan para sahabatnya yang shalih, lalu Anda menggambarkan mereka di hati anda, maka sebenarnya hal itu membawa hati Anda kepada cinta Allah yang dikaruniakan pada mereka manakala Anda mencintai mereka karena Allah.
Jadi, sesuatu yang dicintai karena Allah akan membawa kepada cinta Allah. Bila seorang pencinta Allah mencintai seseorang karena Allah, maka sesungguhnya Allah adalah yang dicintainya. Ia ingin membawa kekasihnya kepada Allah. Dan keduanya, baik pencinta maupun yang dicintai karena Allah, masing-masing menghela menuju Allah.

PROBLEMATIKA HALAQOH DAN SOLUSINYA


(photo: http://solospiritislam.com/wp-content/uploads/2009/03/image.jpg)


Dakwah yang muntijah (sukses) adalah dakwah yang berbasiskan halaqoh /usroh yang muntijah. Tanpa lahirnya halaqoh /usroh yang muntijah, dakwah berubah menjadi syi’ar belaka yang kurang banyak artinya bagi pembentukan umat yang tangguh (takwinul ummah). Padahal, hanya dengan takwinul ummah, ummat Islam dapat maju dan Berjaya melawan musuh-musuhnya.
Oleh karena itu, pembentukan halaqoh /usroh yang muntijah menjadi urgen adanya. Bagaimana agar halaqoh  /usroh dapat berjalan secra dinamis dan meningkat produktifitasnya? Bagaimana agar halaqoh /usroh dapat berjalan dengan menggairahkan dan tidak terjebak dalam kejemuan?
Halaqoh /usroh merupakan istilah yang berhubungan dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah halaqoh (lingkaran) bias any digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan manhaj (kurikulum) tertentu. Biasanya kurikulum tersebut berasal dari murobbi/naqib yang mendapatkannya dari jamaah/ organisasi yang menaungi halaqoh atau usroh tersebut. Dibeberapa kalangan, halaqoh /usroh disebut juga dengan mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.

Selasa, 28 Agustus 2012

8 kiat ukhuwah


Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) bukanlah teori. Ini adalah ajaran praktis yang bisa kita lakukan dalam keseharian. Karena itu, nikmatnya ukhuwah tidak akan bisa kita kecap, kecuali dengan mempraktikannya.

Jika delapan cara di bawah ini dilakukan, Anda akan merasakan ikatan ukhuwah Anda dengan saudara-saudara seiman Anda semakin kokoh.
1. Katakan bahwa Anda mencintai saudara Anda
عَنِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ: إِِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَلْيُخْبِرْهُ أََنَّهُ يُحِبُّهُ
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits shahih)
عَنْ اَنَسٍ: اَنَّ رَجُلاً كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ فَمَرَّ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلُ اللهِ اِنّي لأحِبُّ هَذَا فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ أَعْلَمْتَهُ؟ قَالَ: لا، قَالَ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: أعْلِمْهُ فَلَحِقَهُ فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّكَ فِى اللهِ فَقَالَ: أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِى لَهُ
Anas r.a. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah saw., lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (Abu Dawud, dengan sanad shahih)
Jadi, jangan tunda lagi. Katakan cinta kepada orang yang Anda cintai.

Peranan Para Pemuda dan Para Pemudi


Pandangan hidup yang islami pada diri seseorang muslim akan terzahir pada pelbagai tugas (kewajiban) yang harus dilaksanakannya dalam kehidupan seharian. Tugas-tugas itu hakikatnya adalah hukum-hukum syara’ yang digali dari nash-nash syara’, yang berkaitan dengan realiti kehidupan yang dihadapinya dalam pelbagai interaksi yang dilakukanMemahami hukum syara’ yang berkaitan dengan aktiviti seharian, adalah fardhu ‘ain bagi seorang muslim.

Adapun mempelajari hukum syara’ yang tidak berkaitan dengan aktiviti sehari-hari, adalah fardhu kifayah . Seorang petani wajib memahami hukum-hukum syara’ tentang tanah, penyewaan tanah pertanian, musaqat dan sebagainya. Seorang doktor pula wajib memahami hukum syara’ tentang perubatan, pembedahan mayat, pengguguran janin, pemindahan organ tubuh, pengklonan dan sebagainya. Seorang tentera pula harus memahami hukum tentang jihad, tawanan, perdamaian, perjanjian, harta rampasan perang, dan seterusnya.

Demikian pula seorang pemuda, dia seharusnya memahami hukum syara’ yang berkaitan dengan kegiatannya sehari-hari sebagai pelajar. Disamping itu, seorang pemuda muslim adalah secara de facto adalah seorang muslim, maka dia wajib memahami kewajibannya yang utama dalam kedudukannya sebagai muslim.Atas dasar itu, ke atas seseorang pemuda muslim, tugas utama yang wajib dipikulnya setidak-tidak-nya ada 3 (tiga):

Maka Ber-Tahajudlah, Berkhalwat (Berdua) dengan Tuhan-mu


"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Isra’ 17:79-80)
Dalam Al Qur’an, terdapat banyak ayat yang menuturkan tentang tahajud, perintah mengerjakannya dan keutamaannya.

Kata tahajud sendiri dalam bahasa Arab berarti bergadang, sehingga makna tahajud adalah salat sunah di malam hari yang dilakukan sesudah tidur. Tahajud juga bisa disebut sebagai qiyamullail karena pelaksanaan waktunya malam hari.

Perbedaannya, jika tahajud hanya dilakukan sesudah tidur, qiyamullail bisa dilakukan sebelum maupun sesudah tidur. Selain itu, qiyamullail bisa berupa shalat atau amal ibadah lainnya, seperti tilawah, tasbih atau yang lainnya, sedangkan tahajud hanya  berupa shalat saja.

Allah mensifati qiyamullail dengan firman-Nya:  ”Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS Al-Muzzammil 73:6)