heroe

Minggu, 23 September 2012

Ta'rif Al-Qur’an


Muqadimah 


Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur'an Al-Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran Allah swt. Karena dalam Al-Qur'an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terfikirkan dalam jiwa manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita.


Oleh karenanya, mereka yang telah dapat berinteraksi dengan Al-Qur'an sepenuh hati, dapat merasakan ‘getaran keagungan' yang tiada bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur'annya mengungkapkan:

“Hidup di bawah naungan Al-Qur'an merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya.... Dan Al-Hamdulillah... Allah telah memberikan kenikmatan pada diriku untuk hidup di bawah naungan Al-Qur'an beberapa saat dalam perputaran zaman. Di situ aku dapat merasakan sebuah kenikmatan yang benar-benar belum pernah aku rasakan sebelumnya sama sekali dalam hidupku.”
  

Jumat, 21 September 2012

Sholat Tahajjud, Sholat Tarawih dan Sholat Witir


Assalamu’alaikum WrWb.
Ikhwah fillah, di bulan Ramadhan, sering kali kita ditanya tentang tata cara shalat tarawih, jumlah rekaatnya, apakah boleh shalat lagi setelah witir, adakah tahajud di bulan Ramadhan, apakah tarawih khusus di bulan Ramadhan saja, … Berbagai pertanyaan tersebut insya Allah terjawab kalau Antum membaca buku “Tahajjud Berjama’ah, Bid’ahkah?” yang ditulis oleh KH. Saiful Islam Mubarak, Lc, MAg (Penerbit Syaamil, Juni 2005). Berikut ini hal-hal yang menurut saya penting untuk diketahui yang saya ringkas dari buku tersebut dengan sedikit perubahan seperlunya.

Asal Kata Tahajjud, Witir dan Tarawih
Disebutkan dalam Al-Quran:
Dan pada sebagian malam hari shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu  mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra (17):79).
Kata tahajjud berasal dari tahajjada-yatahajjadu-tahajjudan, bermakna tidak tidur. Shalat yang dilakukan di tengah malam akan menuntut hamba jauh dari tidur sehingga disebut shalat tahajjud.
Kata witir yang berarti ganjil disebutkan dalam Al-Quran dengan lafal “watr”:
Dan demi yang genap dan yang ganjil. (Al-Fajr (89):3).

Minggu, 16 September 2012

Al-Qur’an Mendahului Sains Modern



A.   Al-Qur’an Kitab Hidayah

Tanya: Untuk apa Allah swt menurunkan Al-Qur’an?
Jawab: Allah swt menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk, bukan kitab kedokteran atau teknik, bukan kitab astronomi atau kimia yang menghimpun berbagai informasi ilmiah ilmu-ilmu tersebut. Sekali lagi ia hanya kitab hidayah ilahi bagi perilaku manusia.

B.    Al-Qur’an Turun dengan Ilmu Allah swt

Tanya: Kalau begitu apa maksud ungkapan “Al-Qur’an mendahului sains modern?”
Jawab: Artinya, ketika Al-Qur’an berbicara tentang manusia, tumbuhan, atau makhluk lain, ia pasti berbicara tentang hakikatnya. Manusia baru mengetahuinya setelah sains dan peralatan-peralatan canggih digunakan untuk melakukan berbagai penelitian ilmiah. Itulah makna Al-Qur’an mendahului sains modern sekaligus sebagai bukti baru mukjizat Al-Qur’an di masa kemajuan teknologi yang semakin menegaskan bahwa ia adalah kalamullah yang tidak sedikitpun mengandung kesalahan.

Sabtu, 15 September 2012

Makna Muhammad SAW sebagai senutup para Nabi


Muqadimah

Ketika kita beriman kepada Nabi Muhammad SAW maka kita akan mengetahui bahwa Risalah beliau SAW adalah risalah yang paling lengkap dan paling sempurna yang pernah diturunkan oleh Sang Pencipta kepada hamba-NYA. Aqidah semua nabi adalah satu yakni Tauhid, tetapi syariah mereka berbeda-beda, maka Muhammad SAW adalah Nabi penutup, risalahnya adalah risalah yang terakhir dan syariatnya akan berlaku hingga akhir zaman, tiada agama yang diridhoi disisi ALLAH SWT kecuali Islam dan tidak ada Nabi yang membawa syariat lain setelah Muhammad SAW.

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا.
“Dan Muhammad SAW itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki diantara kalian, tetapi ia adalah Rasul ALLAH dan Nabi yang terakhir dan adalah ALLAH Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.” (Al-Ahzab, 33:40)

Imam At-Thabari saat menafsirkan ayat ini berkata: "Muhammad SAW itu bukanlah ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian (Zaid bin Haritsah ra, yaitu anak angkat Nabi SAW) melainkan beliau adalah Nabi terakhir, maka tiada lagi Nabi setelah beliau SAW sampai Hari Kiamat dan adalah ALLAH SWT terhadap segala perbuatan dan perkataan kalian Maha Mengetahui.[1]"

Imam Al-Qurthubi berkata ayat ini mengandung 3 hukum Fiqh : "Pertama, saat Nabi SAW menikah dengan Zainab (mantan istri Zaid bin Haritsah ra) orang-orang munafik berkata : Dia (Muhammad) menikahi mantan istri anaknya sendiri, maka ayat ini turun untuk membantah hal tsb. Kedua, bahwa Muhammad SAW adalah Nabi terakhir tiada Nabi sesudahnya yang membawa syariat baru. Ketiga, syariat beliau menyempurnakan syariat sebelumnya sebagaimana sabdanya : Aku diutus untuk "menyempurnakan" akhlak yang mulia, atau sabdanya yang lain : Perumpamaanku dengan nabi sebelumku seperti perumpamaan seorang yang membuat bangunan yang amat indah, tinggal sebuah lubang batu bata yang belum dipasang, maka akulah batu bata tsb dan akulah nabi yang terakhir.[2]"

Senin, 10 September 2012

Tidak berjihad kecuali dengan izin kedua orang tua


Muhatawa

   عن عبد الله بن عمرو بن العاص ـ رضي الله عنهما ـ قال : قال رجل للنبي ـ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أجاهد ؟
      قال : " ألك أبوان ؟ قال : نعم . قال : " ففيهما فجاهد " .
رواه البخاري . ومسلم .


Dari Abdullah bin umr bin ash ra berkata: seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW apakah saya boleh berjihad? Rasulullah menjawab : ”apakah kamu punya oran tua ? laki-laki itu menjawab : ya : mengurus keduanya juga berjihad”. HR. Bukhori, Muslim.

Penjelasan :
(dari Abdullah bin amar bin ash-ra): maka Abdullah, dan amr, dua orang shahabat (berkata) Abdullah “berkata seorang laki-laki.

GHADH DHUL BASHAR (MENAHAN PANDANGAN)

Makna Menahan Pandangan

Secara bahasa, غَضُّ البَصَرِ (gadh-dhul bashar) berarti menahan, mengurangi atau Menundukkan Pandangan.[1] Menahan pandangan bukan berarti menutup atau memejamkan mata hingga tidak melihat sama sekali atau menundukkan kepala ke tanah saja, karena bukan ini yang dimaksudkan di samping tidak akan mampu dilaksanakan. Tetapi yang dimaksud adalah menjaganya dan tidak melepas kendalinya hingga menjadi liar. Pandangan yang terpelihara adalah apabila seseorang memandang sesuatu yang bukan aurat orang lain lalu ia tidak mengamat-amati kecantikan/kegantengannya, tidak berlama-lama memandangnya, dan tidak memelototi apa yang dilihatnya.[2] Dengan kata lain menahan dari apa yang diharamkan oleh Allah swt dan rasul-Nya untuk kita memandangnya.[3]

Dalil Kewajiban Menahan Pandangan

1. Al-Quran:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya danmemelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. (An-Nur [24]: 30-31).

Para ulama tafsir menyebutkan bahwa kata min dalam min absharihim maknanya adalah sebagian, untuk menegaskan bahwa yang diharamkan oleh Allah swt hanyalah pandangan yang dapat dikontrol atau disengaja, sedangkan pandangan tiba-tiba tanpa sengaja dimaafkan. Atau untuk menegaskan bahwa kebanyakan pandangan itu halal, yang diharamkan hanya sedikit saja. Berbeda dengan perintah memelihara kemaluan yang tidak menggunakan kata min karena semua pintu pemuasan seksual dengan kemaluan adalah haram kecuali yang diizinkan oleh syariat saja (nikah).[4]
Larangan menahan pandangan didahulukan dari menjaga kemaluan karena pandangan yang haram adalah awal dari terjadinya perbuatan zina.

Sabtu, 08 September 2012

Tafsir Surat AN NAS

NASH SURAT AL-NÂS, TERJEMAHNYA, DAN TAFSIR versi DEPAG RI

Terjemah:

1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
6. Dari (golongan) jin dan manusia.





RASM AL-BAYÂN




Keterangan Rasm al-Bayân
Secara garis besar, kajian tentang surat Al-Nâs terdiri dari tiga bagian:
1. Penjelasan tentang al-musta'âdz bihî (Dzat tempat kita memohon perlindungan), yaitu Allâh SWT yang Al-Rabb, Al-Malik dan Al-Ilâh
2. Penjelasan tentang al-musta'âdz minhû (sesuatu yang kita meminta untuk dilindungi darinya), yaitu al-waswâs al-khannâs (syetan yang datang dan pergi), baik dari kalangan al-jinnah (jin), maupun al-nâs
(manusia) yang memiliki kemampuan membisikkan pengaruh jahatnya (al-waswâs) ke dalam dada, bukan sekedar ke telinga.
3. Pelajaran yang bisa diambil dari surat Al-Nâs, di antaranya adalah:
a. Kewajiban untuk meminta perlindungan kepada Allâh SWT.
b. Kewajiban untuk berlindung dan menjauh dari syetan yang tidak lain adalah si al-waswâs al-khannâs
c. Keharusan memperbanyak dzikr kepada Allâh SWT, baik pada pagi maupun sore hari (adzkâr al-shabâh wa al-masâ'), dan juga dzikir dalam berbagai keadaan.
d. Keharusan untuk menghadapi berbagai kekuatan jahat, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.
e. Menjauhi berbagai sumber fitnah, baik berupa ghîbah (menggunjing), namîmah (pembicaraan untuk menciptakan permusuhan antar sesama manusia, atau mengadu domba), nifâq (kemunafikan) dan para penjaja syahawat.