heroe

Sabtu, 08 September 2012

Tafsir Surat AN NAS

NASH SURAT AL-NÂS, TERJEMAHNYA, DAN TAFSIR versi DEPAG RI

Terjemah:

1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
6. Dari (golongan) jin dan manusia.





RASM AL-BAYÂN




Keterangan Rasm al-Bayân
Secara garis besar, kajian tentang surat Al-Nâs terdiri dari tiga bagian:
1. Penjelasan tentang al-musta'âdz bihî (Dzat tempat kita memohon perlindungan), yaitu Allâh SWT yang Al-Rabb, Al-Malik dan Al-Ilâh
2. Penjelasan tentang al-musta'âdz minhû (sesuatu yang kita meminta untuk dilindungi darinya), yaitu al-waswâs al-khannâs (syetan yang datang dan pergi), baik dari kalangan al-jinnah (jin), maupun al-nâs
(manusia) yang memiliki kemampuan membisikkan pengaruh jahatnya (al-waswâs) ke dalam dada, bukan sekedar ke telinga.
3. Pelajaran yang bisa diambil dari surat Al-Nâs, di antaranya adalah:
a. Kewajiban untuk meminta perlindungan kepada Allâh SWT.
b. Kewajiban untuk berlindung dan menjauh dari syetan yang tidak lain adalah si al-waswâs al-khannâs
c. Keharusan memperbanyak dzikr kepada Allâh SWT, baik pada pagi maupun sore hari (adzkâr al-shabâh wa al-masâ'), dan juga dzikir dalam berbagai keadaan.
d. Keharusan untuk menghadapi berbagai kekuatan jahat, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.
e. Menjauhi berbagai sumber fitnah, baik berupa ghîbah (menggunjing), namîmah (pembicaraan untuk menciptakan permusuhan antar sesama manusia, atau mengadu domba), nifâq (kemunafikan) dan para penjaja syahawat.

TAFSÎR
Isti`âdzah (permohonan perlindungan) yang ada dalam surat al-Nâs ini dimintakan dari (Al-Musta`âdz bihi): Rabb al-Nâs, Malik al-Nâs, dan Ilâh al-Nâs.
Dan al-Musta`âdz minhu yang ada dalam surat al-Nâs ini adalah syarr alwaswas al-khannâs yang selalu memasukkan bisikan ke dalam dada manusia, baik dari kalangan jin ataupun dari manusia.
Isti`âdzah dengan Rabb, Malik dan Ilâh ini menghadirkan sifat-sifat Allah SWT, sifat-sifat yang akan menolak segala bentuk keburukan secara umum, dan secara khusus, yaitu keburukan dan kejahatan al-waswas al-khannâs.
Al-Rabb adalah Dzat yang Mentarbiyah, Mengarahkan, Memelihara dan Melindungi.
Al-Malik adalah Dzat yang Memiliki, Memiliki otoritas dan Mengambil tindakan.
Al-Ilâh adalah Dzat yang Maha Tinggi, yang Menguasai dan Berkuasa.
Sifat-sifat ini mengandung dilâlah (konotasi) himâyah (perlindungan) dari berbagai kejahatan yang menyusup ke dalam dada .. dan dada ini tidak tahu bagaimana cara menolaknya, sebab yang menyusup ke dalamnya adalah sesuatu yang tidak terlihat.
Allah SWT adalah Rabb, Malik dan Ilâh segala sesuatu, akan tetapi, pengkhususan penyebutan manusia pada surat al-Nâs ini menjadikan mereka merasakan kedekatan Allah SWT kepada mereka, saat mereka berada pada posisi terlindungi dan terbentengi.
Dan Allah SWT – dengan Rahmat-Nya- mengarahkan Rasul-Nya SAW dan juga kepada umatnya agar mereka meminta perlindungan dan pembentengan kepada-Nya. Permohonan ini dilakukan dengan menghadirkan makna-makna dari sifat-sifat-Nya ini. Meminta dilindungi dan dibentengi dari keburukan tersembunyi yang menyusup ke dalam dada sangan halus, karenanya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk menolaknya, kecuali dengan pertolongan Allah SWT yang Rabb, Malik dan Ilâh. Lalu, Allah SWT mengambil mereka, tanpa mereka rasa dan datang kepada mereka, tanpa mereka duga. Yang dimaksud dengan al-waswasah adalah suara yang tersamar. Sedangkan kata al-Khannâs berasal dari kata al-khunûs yang berarti bersembunyi dan kembali. Jadi, al-khannâs adalah seseorang (termasuk jin) yang tabiatnya adalah banyak berbuat al-khunûs. Yang menarik untuk kita tadabburi: Nash Al-Qur'ân (surat al-Nâs) pertama kali menyebutkan sifat: al-waswâs al-khannâs, lalu menjelaskan amal (pekerjaan)-nya: al-ladzî yuwaswisu fî shudûr al-nâs, kemudian menjelaskan jatidiri dan hakekat sang al-waswas al-khannâs, yaitu: min al-jinnah wa al-nâs (dari kalangan jin dan manusia). Tata urutan seperti ini membangkitkan dan memancing daya kesadaran (al-yaqzhah), ketertarikan (al-talaffut) dan kwaspadaan (al-intibah) untuk menangkap kejelasan hakekat si al-waswas alkhannâs, setelah untuk pertama kalinya surat al-Nâs telah menyebutkan sifatnya pada awal kalimat, dan untuk menangkap cara kerjanya yang dengan cara ini kejahatan dan keburukannya terealisir, dengan demikian, kita bersiap-siap untuk menolak atau mengontrolnya!
Dan jiwa manusia, saat mengetahui – setelah adanya pembangkitan dan penyadaran – bahwa al-waswas al-khannâs memasukkan bisikankannya ke dalam dada manusia secara tersembunyi dan rahasia, dan bahwasanya sosoknya adalah jin yang tidak terlihat, dan juga manusia-manusia yang memasukkan bisikan ke dalam dada dengan tehnik penyusupan yang sama yang dilakukan oleh jin dan syetan, saat jiwa manusia mengetahui hal ini, niscaya ia akan bersiap sedia untuk membela dan mempertahankan diri, dan ia telah mengetahui titik tersembunyi, pintu masuk dan jalan masuknya!
Bisikan yang dilakukan oleh jin, kita tidak mengetahui bagaimana hal itu terjadi, akan tetapi, kita menemukan dampak-dampaknya dalam jiwa dan kehidupan. Kita mengetahui bahwa peperangan antara nabi Adam `alaihi alsalâm dan Iblis adalah peperangan yang terjadi pada masa yang sangat lama, dan bahwasanya syetan telah mengumumkannya sebagai perang yang bertolak dari tabiat buruk yang ada pada dirinya, dan juga bertolak dari kesombongan, kedengkian dan kebenciannya kepada manusia! Dan bahwasanya ia telah mendapatkan ijin dari Allah SWT! Lalu Allah SWT memberikan ijin kepadanya, untuk suatu hikmah yang diketahui-Nya! Dan Dia tidak membiarkan manusia telanjang tanpa senjata dalam menghadapi bisikan ini, pertama, Allah SWT menjadikan keimanan sebagai perisai, lalu, menjadikan dzikir sebagai bekal dan menjadikan isti`adâh sebagai senjata … maka, jika manusia lupa kepada perisai, bekal dan senjatanya, maka, dia sendirinya yang berhak mendapatkan celaan!
Dari Ibn Abbâs radhiyallâhu `anhumâ ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Syetan bertengger pada hati anak Adam, jika ia mengingat Allah SWT, maka syetan mundur, dan jika ia lalai, syetan memasukkan bisikan. (H.R. Bukhârî secara mu`allaq).

Sedangkan pelaku bisikan dari manusia, kita banyak mengenal jurus-jurus mereka. Bahkan kita mengetahui bisikan yang lebih dahsyat dari pada bisikan syetan!

  • Ada teman-teman buruk yang menyusupkan keburukan dan kejahatan ke dalam hati dan akal temannya mellaui cara yang tidak diperhitungkan dan tidak diantisipasi, sebab ia adalah teman terpercaya!
  • Inner circle buruk yang selalu membisikkan keburukan kepada pemegang kekuasaan, sehingga sang penguasa menjadi seorang thaghût yang kejam, pembuat kerusakan di muka bumi, menghancurkan sumber daya alam dan sumber daya manusia!
  • Pengadu domba (provokator) dan penebar fitnah yang mempercantik pembicaraan dan mengemasnya sedemikian rupa, sehingga tampak seakan ia adalah kebenaran yang nyata yang tidak perlu diragukan.
  • Pengobral kesenangan (syahawât) yang menyusup melalui celah naluri dalam menggoda manusia, godaan yang tidak dapat ditolak kecuali dengan kasadaran hati dan pertolongan Allah SWT.

Dan masih puluhan al-waswas al-khannâs yang terus menancapkan berbagai jebakan dan menyembunyikannya, lalu memasukkannya melalui jendela-jendela hati yang tersamar yang dikenal atau diketahui oleh mereka … dan mereka ini lebih buruk dari jin dan lebih tersembunyi langkah-langkahnya!
Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menolak bisikan yang tersamar. Karena inilah Allah SWT menunjukkan kepada mereka bekal, perisai dan senjata yang harus dimiliki dalam rangka melakukan peperangan yang mengerikan!
Ada lagi satu hal yang menarik untuk kita tadabburi, yaitu pensifatan alwaswas dengan sifat al-khannâs. Sifat ini dari satu sisi menunjukkan betapa tersembunyi dan tersamarnya hal ini, dan ia terus menunggu sampai mendapatkan peluang terbuka di hadapannya, lalu ia merayap dan menyusup. Dari sisi lain, sifat ini juga menunjukkan betapa lemah sifat ini di hadapan orang yang selalu waspada dalam menghadapi makar dan membentengi pintu-pintu masuk ke dalam dadanya, sebab, pelaku sifat ini – baik dari kalangan jin ataupun manusia – jika dihadapi, maka ia akan mundur dan surut, dan ia akan kembali ke tempat asal kedatangannya, mengurung diri dan bersembunyi, atau sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah permisalan imaginer dan detail:

Maka jika manusia mengingat Allah SWT, maka syetan akan surut, dan jika ia lali, maka syetan akan memasukkan bisikan. (H.R. Bukhari secara mu`allaq).

Apa yang menarik ini memperkuat hati untuk menghadapi bisikan, sebab, sang pembisik ini adalah khannâs yang lemah dalam berhadapan dengan bekal yang dibawa seorang mukmin dalam peperangan ini. Hanya saja, dari sisi lain, perang ini adalah peperangan berkepanjangan yang tidak ada hentinya. Yang perlu kita catat adalah bahwa sang pembisik ini selalu dalam posisi duduk menunggu dari jauh, menanti saat manusia lalai.
Kesadaran satu kali tidaklah berarti kesadaran berkali-kali .. peperangan ini secara rutin terus terjadi, sampai hari kiamat, sebagaimana yang digambarkan oleh Al-Qur'an di beberapa tempat yang lain, di antaranya adalah penggambaran menarik yang ada dalam surat Al-Isrâ' ayat 61-65 ini:

61. Dan (ingatlah), tatkala kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis dia berkata: "Apakah Aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"
62. Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan Aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".
63. Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, Maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.
64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka(1).
65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (Q.S. Al-Isrâ': 61 – 65)

Penggambaran tabiat peperangan dan pendorong-pendorong keburukan di dalamnya ini – baik melalui syetan secara langsung atau pun melalui agen-agennya dari kalangan manusia – semestinya menjadikan manusia merasa bahwa dirinya selalu kalah, sebab Rabb-nya, Malik-nya dan Ilâh-nya menguasai seluruh makhluqnya, maka, siapapun yang mengingat-Nya, maka ia berada dalam posisi selamat dari kejahatan dan factor-faktor pendorongnya yang tersamar. Jadi, yang terbaik adalah manakala manusia bersandar kepada Yang Maha Kuat yang tidak ada kekuatan selain-Nya, dan kepada Hakekat yang tidak ada hakekat selain-Nya, bersandar kepada Allah yang Rabb, Malik dan Ilâh. Dan yang terburuk adalah manakala manusia bersandar kepada bisikan si khannâs yang lemah saat dihadapi, surut saat bertemu dan kalah dalam berhadapan dengan permohonan perlindungan kepada Allah SWT.
Dan hal ini adalah perpsepsi yang paling sempurna tentang sebuah hakekat yang terkait dengan kebaikan dan keburukan ... sekaligus merupakan penggambaran yang paling utama dalam membentengi hati dari kekalahan, serta menopangnya dengan kekuatan, ketsiqahan dan ketenangan.
Sebagai penutup, kami sampaikan segala puji bagi Allah SWT, pada bagian awal dan akhir penulisan tafsir ini, dengan-Nya segala ketsiqahan dan taufîq ..dan Dia adalah Dzat tempat memohon pertolongan dan Dzat Yang Menolong.

REFERENSI TA`ALLUM DZÂTÎ DAN PENGAYAAN
1. Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr, karya Ibn `Âsyûr.
2. Tafsîr Ibn Katsîr
3. Tafsîr al-Bahr al-Muhîth karya Abû Hayyân

(1) maksud ayat Ini ialah Allah memberi kesempatan kepada Iblis untuk menyesatkan manusia

0 comments:

Posting Komentar