heroe

Kamis, 30 Agustus 2012

PROBLEMATIKA HALAQOH DAN SOLUSINYA


(photo: http://solospiritislam.com/wp-content/uploads/2009/03/image.jpg)


Dakwah yang muntijah (sukses) adalah dakwah yang berbasiskan halaqoh /usroh yang muntijah. Tanpa lahirnya halaqoh /usroh yang muntijah, dakwah berubah menjadi syi’ar belaka yang kurang banyak artinya bagi pembentukan umat yang tangguh (takwinul ummah). Padahal, hanya dengan takwinul ummah, ummat Islam dapat maju dan Berjaya melawan musuh-musuhnya.
Oleh karena itu, pembentukan halaqoh /usroh yang muntijah menjadi urgen adanya. Bagaimana agar halaqoh  /usroh dapat berjalan secra dinamis dan meningkat produktifitasnya? Bagaimana agar halaqoh /usroh dapat berjalan dengan menggairahkan dan tidak terjebak dalam kejemuan?
Halaqoh /usroh merupakan istilah yang berhubungan dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah halaqoh (lingkaran) bias any digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan manhaj (kurikulum) tertentu. Biasanya kurikulum tersebut berasal dari murobbi/naqib yang mendapatkannya dari jamaah/ organisasi yang menaungi halaqoh atau usroh tersebut. Dibeberapa kalangan, halaqoh /usroh disebut juga dengan mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.

Halaqoh /usroh adalah sekumpulan orang yang ingin mempelajari dan mengamalkan islam secara serius. Biasanya mereka terbentuk karena kesadaran mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan islam secara bersama-sama (amal jama’i). kesadaran itu muncul setelah mereka bersentuhan dan menerima dakwah dari orang-orang yang telah mengikuti halaqoh /usroh terlebih dahulu baik melalui forum-forum umum seperti tabligh, seminar, pelatihan /dauroh, maupun karna dakwah interpersonal atau dakwah fardiyah.
Biasanya peserta halaqoh dipimpin dan dibimbing oleh seorang murobbi atau Pembina. Murobbi disebut juga dengan mentor, Pembina, ustadz /guru, dan mas’ul (penanggung jawab) atau naqib (naqib). Murobi bekerja sama dengan peserta halaqoh /usroh untuk mencapai tujuan halaqoh /usroh yaitu terbentuknya muslim yang islami dan berkarakter da’I (takwinul islamiyah wa da’iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut, murobbi atau naqib berusaha agar peserta hadir secara rutin dalam pertemuan atau halaqoh tanpa merasa jemu dan bosan. Kehadiran peserta secara rutin penting artinya dalam menjaga kekompakan halaqoh atau usroh agar tetap produktif untuk mencapai tujuannya.
Umat islam akan mengalami kerugian yang besar jika system halaqoh /usroh tidak berkembang dan punah. Hal ini karena halaqoh /usroh merupakan sarana efektif untuk melahirkan kader-kader islam yang tangguh dan siap berkorban memperjuangkan Islam.

Mewujudkan halaqoh/usroh yang muntijah
Kriteria sebuah halaqoh/usroh yang muntijah ada dua :
1.      Tercapainya dinamisasi, sehingga jalannya  halaqoh /usroh berlangsungdengan menggairahkan dan tidak menjemukan
2.      Tercapainya produktifitas, sehingga tujuan halaqoh/usroh dapat terwujud.

Beberapa tipe Halaqoh/usroh
1.      Halaqoh/usroh tipe sukses (muntijah)
2.      Halaqoh/usroh tipe paguyuban
3.      Halaqoh/usroh tipe jenuh
4.      Halaqoh/usroh tipe sedang
5.      Halaqoh/usroh tipe rendah
Tipe muntijah adalah halaqoh/usroh yang factor dinamisasinya tinggi dan factor produktifitasnya tinggi. Inilah halaqoh/usroh yang prestasinya paling baik. Halaqoh/usroh yang menjadi idaman setiap aktifis dakwah.

Kendala yang terjadi dalam suatu halaqoh/usroh
Dalam perjalannya, tidak selalu ditemukan halaqoh/usroh yang bertipe muntijah, namun banyak juga halaqoh/usroh yang kurang dinamis dan kurang produktif. Banyak juga persoalan dan permasalahn yang dijumpai dalam perjalan halaqoh/usroh. Persoalan-persoalan yang ada dalam dinamika kelompok yang dapat dijumpai dalam ikatan halaqoh/usroh antara lain sebagai berikut:
  1. kohesi/persatuan, dalam persoalan kohesi ini akan terlihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokkan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya. Dalam kasus ini misalnya seorang anggota merasa bermasalah dengan tingkat kehadiran anggota yang lain sehingga ikut mempengaruhi dirinya dalam menilai kelompok halaqohnya. Kasus lain misalnya, dia bukan berada dalam satuan pekerjaan yang sama dengan anggota lain, usia anggota sangat berjauhan, dan sebagainya.
  2. motive/dorongan, persoalan motive atau dorongan ini berkisar kepada ketertarikan anggota terhadap kehidupan kelompok seperti kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya. Kasus ini misalnya adanya anggota yang tidak memiliki quwwatul indhifa’ dalam berhalaqoh sehingga selalu mengalami kendala dalam aktivitas halaqohnya
  3. struktur, persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, dan sebagainya. Misalnya, kasus seorang murobbi yang tidak memberikan tugas secara proporsional kepada seluruh anggotanya menyebabkan struktur halaqoh pincang.
  4. pimpinan, persoalan yang satu ini tidak kalah pentingnya pada kehidupan berkelompok. Hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pemimpin, dan sebagainya. Ada kalanya ketidakcocokan antara murobbi dengan anggotanya lebih disebabkan gaya kepemimpinannya dalam mengelola aktivitas halaqoh yang dianggap tak sesuai dengan harapan anggota
  5. perkembangan kelompok, persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota kelompok tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya. Kasus-kasus seperti anggota yang sering dipindah-pindah, atau ditinggal murobbi tanpa pengontrolan, keringnya nuansa ukhuwah antaranggota.

Solusi atas Kendala yang terjadi
Sering dalam interaksi antaranggota terjadi konflik antaranggota, anggota dengan murobbinya, anngota dengan keluarganya dan sebagainya. Konflik ini perlu dicarikan solusinya dengan tepat. Dengan solusi yang tepat diharapkan konflik mereda dan hilang sama sekali, sebaliknya bila solusinya tidak tepat, konflik  masih tetap ada bahkan bisa jadi membesar dan menyebabkan kefuturan bagi anggota itu karena akumulasi kekecewaan-kekecewaan.
Bagaimana mengatasinya :
  1. tentukan dahulu persoalan dengan tepat
  2. munculkan perilaku asertif yakni a. keberanian dan kejujuran untuk mengungkapkan pendapat,    perasaan, kehendak, dan putusan pribadi seperti apa adanya tanpa merendahkan diri sendiri dan orang lain. b. kesadaran akan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain serta berupaya memenuhinya secara timbal balik    
  3. mengembangkan  sikap mendengar aktif, pesan diri, dan umpan balik antar peserta dengan murabbi
  4. gunakanlah manajemen konflik untuk menyelesaikan persoalan secara win-win solution mengembangkan hikmah syura dalam halaqoh tarbiyah.
Wallahua’lam bishshowab.

(Sumber: Satria Hadi Lubis, dan berbagai sumber)

0 comments:

Posting Komentar