11. MACAM SHALAT
Kedua : Shalat Jum’at
- Hukumnya
Shalat jum’at hukumnya fardhu
‘ain, seperti dalam firman Allah: QS Al Jum’ah: 9
Juga sabda Rasulullah saw.
« لَقد
هَمَمتُ أن آمُرَ رجلاً يصلي بالنّاس، ثم أُحرّق على رجالٍ يتخلَّفون عَن الجُمعة
بيوتَهم » رواه أحمد ومُسلم،
Sungguh aku bermaksud untuk
menyuruh seseorang shalat bersama kaum muslimin, kemudian aku membakar rumah
orang-orang yang tidak ikut melaksanakan shalat jum’at. HR Ahmad, dan Muslim
Sabda Nabi yang lain:
« لَينتهيَنَّ
أقوامٌ عن وَدعِهم الجُمُعات - أي تَركِهم - أو ليختِمَنَّ الله على قُلوبهم، ثم
لَيكونُنَّ من الغَافِلين »، رواه مسلم والنسائي وأحمد.
Kaum itu mau meninggalkan
(pekerjaannya) untuk shalat jum’at, atau Allah akan kunci mati hati mereka,
kemudian menjadi orang-orang yang lalai. HR Muslim, An Nasa’iy dan Ahmad.
Rasulullah mengancam orang yang
meninggalkannya dengan bersabda:
« مَنْ تَرك ثَلاثَ جُمعٍ تَهاوناً طَبع الله
على قَلْبه »، رواه أصحاب السنن والحاكم.
Barang siapa yang meninggalkan
tiga shalat jum’at karena meremehkannya, maka Allah akan mengunci mati hatinya.
HR Ashabussunan dan Al Hakim.
- Siapa
Yang Berkewajiban
-
Shalat wajib bagi setiap muslim yang berakal, baligh,
muqim (tidak musafir) dan mampu berjalan.
-
Shalat jum’at tidak wajib bagi wanita, anak-anak, orang
sakit yang membahayakan kalu ikut jum’atan, perawat yang tidak dapat
meninggalkan pasiennya,[1]
musafir, orang yang dalam ketakutan, orang yang terhalang hujan lebat, atau gangguan
keamanan.[2]
-
Ketika orang yang tidak berkewajiban jum’at
melaksanakannya, maka sah shalatnya dan tidak berkewajiban shalat zhuhur.
Waktu shalat jum’at adalah waktu
shalat zhuhur,[3] dan
syaratnya adalah:
a.
Berjamaah, sabda Nabi:
« الجُمعةُ حَقٌّ واجب على كلِّ مُسلم في جماعة
»، رواه أبو داود
Jum’atan adalah kewajiban atas
setiap muslim dengan berjamaah. HR Abu Daud. Dan berjamaah itu adalah tiga
orang selain imam. Madzhab Syafi’iy mensyaratkan kehadiran empat puluh orang
mukim. Madzhab Maliky mensyaratkan kehadiran dua belas orang laki-laki selain
imam.
b.
Madzhab Syafi’iy mensyaratkan pelaksanaannya di tempat
yang sudah dibangun (ada bangunan)
c.
Madzhab Hanafi mensyaratkan izin imam (kepala negara)
untuk pelaksanaannya
- Khutbah
-
Khutbah jum’at hukumnya wajib menurut pendapat mayaoritas ulama.
-
Syarat Khutbah: Sebelum shalat, di waktu zhuhur,
dihadiri oleh jumlah minimal shalat jum’at, dengan dua khutbah yang dipisah
dengan duduk, berkhutbah dengan berdiri dan dalam keadaan suci (hal ini sunnah
menurut madzhab Hanafi, dan syarat menurut madzhab Syafi’iy), antara khutbah
dan shalat tidak terpisah dengan kegiatan lain, tidak disyaratkan dengan
berbahasa Arab,[4] dan yang
utama adalah berkhutbah dengan bahasa Arab, kemudian menjelaskan isinya dengan
bahasa pendengar. Dalam khutbah harus ada: hamdalah, shalawat atas Rasulullah,
membaca ayat Al Qur’an, doa untuk orang-orang beriman dan wasiat taqwa.
- Adab
Jumat, dan hal-hal yang berkaitan dengan hari jum’at.
-
mandi;
sabda Nabi: « إذا جاءَ
أحدُكُم الجُمعةَ فَلْيَغتَسِل » متفق عليه jika salah seorang diantaramu menghadiri jumatan hendaklah
mandi. Hadits Muttafaq alaih.
-
Berpakaian
rapi, menggunting kuku, bersiwak, memakai wewangian, dan berpakaian yang paling
bagus.
-
Memperbanyak
do’a. Sabda Nabi:
« فَفي يوم الجمعة ساعة لا يوافقها عَبد
مُسلم وهو قائم يُصلي يسأل الله شَيئاً إلّا أعطاه إياه » متفق عليه
Pada hari jum’at itu ada waktu yang jika seorang muslim mendapatkannya
dalam shalat, lalu ia meminta sesuatu kepada Allah, maka pasti Allah akan
berikan. Hadits Muttafaq alaih.
-
Memperbanyak membaca shalawat Nabi, sabda Nabi:
« إنَّ من أفضل أيامِكم يوم الجمعة فَأكثروا
عليّ من الصَّلاة فيه، فإنَّ صلاتَكم معروضة علي ّ»، رواه أبو داود
Sesungguhnya di antara
hari-harimu yang paling utama adalah hari jum’at, maka perbanyaklah bershalawat
keapdaku pada hari itu, karena shalawatmu ditunjukkan padaku. HR Abu Daud
-
Membaca surah Al Kahfi. Sabda Nabi:
« مَن قرأ سورَةَ الكَهف يوم الجمعة أضاء له
مِن النور ما بَينه وبَين الجمعتين » أخرجه الحاكم في المستَدرك، وقال: صَحيح الإِسناد
Barang siapa yang membaca surah
Al kahfi pada hari jum’at, akan ada nur yang meneranginya diantara dua jum’at.
HR Al Hakim, dalam Al Mustadrak, danberkata: Snadnya shahih
-
Banyak
bersedekah, membaca Al Qur’an dan beramal shalih
Yang berkaitan
dengan shalat dan Khutbah Jum’at
-
Semakin
pagi berangkat ke masjid, berjalan dengan tenang dan khusyu
-
Tidak
melangkahi pundak orang dan memisah antara kedua orang yang duduk
-
Tidak
berjalan di depan orang yang shalat
-
Berusaha
meraih shaf pertama
-
Tidak
melakukan shalat sunnah setelah imam naik mimbar, berkonsentrasi menjawab
seruan adzan dan mendengarkan khutbah
-
Tidak
berbiacara sedikitpun. Rasulullah bersabda:
« إذا قلتَ لصاحِبك أنصِت يومَ الجمعةِ
والإِمامُ يخطبُ فقد لَغوت َ» رواه الجماعة
Jika kamu berkata kepada sahabatmu “diam” pada hari jum’at, sewaktu imam
berkhutbah, maka telah sia-sia jum’atanmu. HR Al Jamaah
Bahkan diharamkan makan minum dan menulis sewaktu khutbah.
-
Disunnahka
shalat sesukanya sebelum adzan, dan sesudahnya empat rakaat, sesuai sabda Nabi
saw:
Jika salah seorang di antaramu shalat jum’at, maka hendaklah shalat empat
rakaat sesudahnya. HR Muslim.
-
Tidak disunnahkan shalat sesudah adzan kecuali shalat
tahiyyatul masjid, seperti dalam hadits Nabi:
Jika salah seorang di antaramu
datang pada hari jum’at, ketika imam berkhutbah maka hendaklah ia ruku’dua
rakaat dengan agak cepat. HR Muslim
Ketiga : Shalat Janazah
- Shalat janazah hukumnya fardhu
kifayah. Jika ada salah seorang telah menunaikannya maka gugur kewajiban
atas yang lainnya. Dan jika tidak ada seorangpun yang menunaikan
maka berdosa semua
- Shalat
jenazah itu dengan empat kali takbir, satu kali berdiri, tanpa ruku’ dan
sujud
- Syaratnya
sama dengan syarat shalat lainnya. Ditambah lagi:
- ada
mayitnya.[5]
- mayitnya buka syahid di medan perang[6]
- Cara shalat janazah adalah sebagai
berikut:
- niat
shalat janazah
- bertakbir
dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca surah Al Fatihah
- bertakbir
kedua dengan mengangkat tangan, lalu membaca shalawat Nabi (shalawat
Ibrahimiyah)
- bertakbir
ketiga dengan mengangkat kedua tangan, lalu berdoa untuk jenazah, dengan
doa-doa ma’tsur (yang bersumber dari Nabi), antara lain:
« اللهمّ
اغفر له وارحَمه، وعافِه واعفُ عنه، وأكرم نُزُله، ووسِّع له مُدخله، واغسِله
بالماء والثَّلج والبَرَد، ونقِّه من الخَطايا كما نقَّيت الثوبَ الأبيض من
الدَّنس، وأبدِلْه داراً خيراً من داره، وأهلاً خيراً من أهله، وزوجاً خيراً من
زَوجه، وأدخله الجنَّة، وأعِذْه من عَذاب القَبر ومِن عَذاب النَّار »، رواه مسلم.
Ya Allah, amunilah ia, syangilah
ia, ma’afkanlah ia, muliakanlah persinggahannya, lapangkanlah pintu masuknya,
mandikan ia dengan air, salju, dan embun, bersihkan ia dari kesalahan
sebagaimana bersihnya kain putih dari noda, gantikan rumah dengan rumah yang
lebih baik dari rumah dunianya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di
dunia) istri/suami yang lebih baik dari istri/suaminya (di dunia), masukkan ia
ke dalam surga, hindarkan ia dari adzab kubur, dan adzab neraka. HR Muslim
* « اللَّهمَّ
اغفِر لحيِّنا وميِّتنا، وشاهِدنا وغائبنا، وصَغيرنا وكَبيرنا، وذَكرنا وأُنثانا،
اللهمَّ من أحييته مِنَّا فَأحيِه على الإِسلام، ومَن توفَّيْتَه منّا فَتَوفَّه
على الإِيمان. اللهمَّ لا تَحرمنا أجره، ولا تُضلنا بعَده ». رواه مسلم والأربعة
Ya Allah, ampunilah yang hidup
dan yang mati dari kami, yang hadir dan yang tidak hadir dari kami, yang besar
dan yang kecil dari kami, lelaki dan wanita kami, Ya Allah, siapapun yang
Engkai hidupkan di antara kami, hidupkanlah ia dalam Islam, dan siapapun yang
Engkau matikan di antara kami, maka matikan ia dalam keadaan beriman. Ya Allah
jangan Engkau halangi kami dari pahalanya, dan jangan Engkau sesatkan kami
sesudahnya. HR Muslim dan empat imam.
- bertakbir
ke empat dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca:
« اللهمّ
لا تَحرمنا أجره ولا تَفْتِنّا بعَده ». - رواه الترمذي وأبو داود
Ya Allah, janganlah Engakau
halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau berikan fitnah (ujian) atas
kami sesudahnya. HR. At tirmidzi, Abu Daud – kemudian mengucapkan salam.
12. SHALAT-SHALAT
SUNNAH
Pertama: Shalat Witir
Shalat witir hukumnya sunnah muakkadah (ditekankan) menurut
jumhurul fuqaha (ahli fiqh). Wajib menurut madzhab Hanafi. Hukum-hukum yang
berkaitan dengan shalat witir adalah:
- Waktunya
sesudah shalat isya’ sehingga terbit fajar. Disunnahka dikerjakan di akhir
malam bagi yang mampu. Seperti
hadits Nabi:
: «اجعَلوا آخِر صَلاتِكم باللَّيل وِتراً»
متَّفقٌ عَليه،
Jadikanlah akhir shalatmu adalah witir. Muttafaq alaih. Dan sabdanya yang
lain:
«إنَّ الله
زَادكم صلاةً وهي الوِتر، فصلّوها بَين صلاةِ العشاء إلى صَلاة الفَجر»، أخرجه
أحمد.
Sesungguhnya Allah menambahkan
shalat atas kalian yaitu shalat witir, maka kerjakanlah shalat itu antara
shalat isya sampai fajar. HR Ahmad.
- Bilangan rakaatnya: satu, tiga, lima,
tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat. Tiga rakaat adalah kesempurnaan
minimal, boleh dengan bersambung dengan hanya sekali salam,[7] atau terpisah-pisah salam setiap dua
rakaat, kemudian shalat yang ketiga.
- Disunnahkan membaca doa qunut di
rakaat akhir sebelum ruku’ (menurut madzhab Hanafi), sesudah ruku’ menurut
madzhab Hanbali, Syafi’iy. Menurut madzhab Syafi’iy, qunut witir hanya ada
di separo kedua bulan Ramadhan. Lafadh qunut itu adalah:
اللهمَّ اهدِني فيمَن هَديت، وعافِني فيمن عَافَيت، وتولَّني فيمن تولَّيت،
وبارِك لي فيما أعطَيت، وقِني شرَّ ما قضَيت، فإنَّك تَقضي ولا يُقضى عليك، وإنَّه
لا يَذِلُّ من والَيْتَ، تبارَكت ربنا وتعالَيت » رواه أحمد وأصحاب السنن
Ya Allah tunjukilah aku bersama
orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Sehatkan aku bersama orang-orang
yang telah Engakau beri kesehatan. Lindungilah aku sebagaimana orang-orang yang
telah Engkau lindungi. Berkahilah apa saja yang Engkau beri. Lindungilah aku
dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Menetapkan, dan tidak bisa ditetapkan atasmu. Sesungguhnya tidak akan pernah
nista orang yang telah Engkau lindungi. Engkaulah Rabb kami Maha Pemberi
berkah, dan Maha Tinggi. HR. Ahmad dan Ashabussunan. Atau dengan membaca do’a Umar, [8]
yang diriwaytakan dari Abdullah ibn Mas’ud. Doa ini yang lebih afdhal menurut
madzhab Hanafi.
- Disunnahkan
shalat witir dengan berjamaah di bulan Ramadhan, mengikuti sunnahnya
berjamaah shalat tarawih. Diperbolehkan pula shalat witir berjamaah di
luar bulan Ramadhan. Sebagaimana diperbolehkan shalat jamaah untuk shalat
sunnah lainnya yang tidak ditemukan dalil disunnahkan berjamaah untuk
melaksanakannya.
- Disunnah
mengqadha witir, jika sudak lewat waktunya. Jika telah menunaikan shalat
witir di awal malam, kemudian bangun dan shalat sunnah nafilah, maka tidak
usah mengulang shalat witir, karena sabda Nabi:
«لا
وِترانِ في ليلة»، رواه أحمد والثلاثة
Tidak ada dua witir dalam satu malam. HR
Ahmad dan tiga ulama hadits lain.
- Disunnahkan
bagi orang yang shalat witir untuk mengucapkan sesudah shalat:
(سبحانَ
الملِك القدُّوس) ثلاثاً. روى ذلك أبو داود في سننه
Maha Suci Yang Maha Kuasa dan Maha Suci.
Kedua : Shalat
Rawatib lima waktu
Disunnahkan bagi
setiap muslim untuk membiasakan shalat sunnah bersama dengan shalat lima waktu
sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan.
فعن رَبيعة
بن مالك الأسلمي رضي الله عنه، قال: قال لي رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «سَل».
فقلت: أسألك مرافَقتكَ في الجنَّة. فقال: «أَوَغَيْر ذلك؟» قلت: هو ذاك. قال؛
«فأعِني على نَفسِك بكثرة السُّجود». رواه مسلم
Dari Rabi’ah bin Malik Al Aslamiy ra berkata: Rasulullah saw
berkata kepadaku: “Mintalah”, aku berkata: “Aku minta bisa bersamamu di sorga”.
Tanya Nabi: “Apakah ada permintaan lain? Aku jawab: “Hanya itu”. Sabda Nabi:
“Maka bantulah aku mencapai keinginanmu dengan banyak bersujud.”. HR.
Muslim.
وعن أُم
المؤمنين أم حَبيبة بنتِ أبي سُفيان رَضي الله عنها قالَت: سمعتُ رسولَ الله صلى
الله عليه وسلم يقول: «ما مِن عبدٍ مُسلم يُصلي لله تعالى في كلِّ يوم ثِنتَي عشرة
ركعة تَطوُّعاً غيرَ الفَريضة إلَّا بَنى الله له بَيتاً في الجنَّة»، رواه مسلم.
Dari Ummul mukminin, Ummu Habibah binti Abu Sufyan ra berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidak ada seorang hamba muslim yang
shalat karena Allah setiap hari dua belas rakaat sebagai tathawwu’ (tambahan
kebaikan) selain shalat fardhu, kecuali Allah akan bangunkan untuknya rumah di
surga. HR Muslim.
Shalat sunnah rawatib
yang menyertai shalat lima
waktu itu ialah:
- Sunnah
Fajar, dua rakaat dengan agak cepat, sebelum shalat fardhu, dan bisa
diqadha jika terlewatkan. Seperti dalam hadits Imran bin Hushain, yang
diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim.
« لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم على شيء
من النوافِل أشدَّ تَعاهُداً منه على رَكعتَي الفَجر ».
Aisyah berkata: Rasulullah tidak pernah sangat menjaga amal sunnah melebihi
dua rakaat sebelum fajar.
Rasulullah juga bersabada:
« رَكعتا الفَجر خيرٌ من الدُّنيا وما فيها »
رواه مسلم
Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dengan segala isinya. HR Muslim,
hukumnya sunnah muakkadah mendekati wajib.
- Sunnah Zhuhur; yaitu empat rakaat
sebelum zhuhur[9],
dan sua rakaat sesudahnya, ini sumber yang paling shahih. Bisa juga dengan
dua rakaat sebelum dan sesudahnya[10],
atau empat rakaat sebelum dan sesudahnya.[11]
- Sunnah Ashar, dua rakaat (seperti
yang diriwayatkan Abu Daud dari Ali ra) atau empat rakaat (seperti yang
diriwayatkan Abu Daud dan At Tirmidziy dari Ibnu Umar ra) sebelum shalat
fardhu.
- Sunnah Maghrib; yaitu dua rakaat
sesudah shalat fardhu, hukumnya sunnah muakkadah (seperti riwayat Al
Bukhari dan Muslim)
- dua rakaat sebelumnya sunnah bagi yang mau mengamalkannya (seperti
riwayat Asy Syaikhani/Al Bukhari dan Muslim), demikianlah madzhab Syafi’iy dan
Hanbali.
- Sunnah Isya’; dua rakaat sesudah shalat fardhu (riwayat Al
Bukhari dan Muslim)
- Dua rakaat sebelumnya sunnahbagi yang mau melakukannya, inilah madzhab
Syafi’iy. Sedang menurut madzhab Hanafi sunnah Isya’ itu empat rakaat
sebelumnya dan empat rakaat sesudahnya.
Ketiga :
Shalat Sunnah lainnya.
- Shalat Dhuha; dari Abu Hurairah ra
berkata:
«أوصاني خَليلي صلى الله عليه وسلم بصيام
ثَلاثة أيام من كل شهر، ورَكعتي الضُّحى، وأن أوتِر قَبل أن أرقد» متفق عليه
Kekasihku (Rasulullah saw) telah berwasiat kepadaku untuk puasa tiga hari
setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum aku tidur”. Muttafaq
alaih
« يُصبح على كلِّ سُلامى([12])
من أحدكم صَدقة، فكلُّ تسبيحة صدقة، وكل تَحميدة صَدقة، وكلّ تَهليلةٍ صَدقة، وكلّ
تكبيرة صَدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونَهي عن المُنكر صدقة، ويجزي من ذلك رَكعتان يَركعهما
من الضُّحى ». رواه مسلم وأبو داود وأحمد
Setiap sendi tubuh salah seorang di antaramu setiap apginya dapat
bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap
tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah
sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan cukup dari semua itu dengan dua rakaat
di waktu dhuha. HR Muslim, Abu Daud, Ahmad.
Bilangan rakaatnya mulai dari dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat.
Semua ini memiliki sumber hadist shahih dari Rasulullah saw. Adapula enam belas
rakaat menurut madzhab Hanafi dengan bersumber dari beberapa hadits hasan.
Waktunya mulai matahari setinggi tombak sampai menjelang matahari bergeser
ke barat.
- Shalat Gerhana Matahari dan Bulan.
Dari Abdullah ibnu Abbas ra berkata:
« انخسفت
الشمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى، فقامَ قياماً طويلاً نحواً من
قراءة سورة البقرة، ثم رَكع ركوعاً طويلاً، ثم رفع فقام قياماً طويلاً، وهو دون
القيام الأول، ثم ركع ركوعاً طويلاً وهو دون الركوع الأول، ثم سَجد ثم قامَ قياماً
طويلاً وهو دون القيام الأول، ثم رَكع ركوعاً طويلاً وهو دون الركوع الأول، ثم رفع
فقام قِياماً طويلاً وهو دون القيام الأول، ثم رَكع ركوعاً طويلاً دون الركوع
الأول، ثم رَفع رأسه ثم سَجد ثم انصرف وقد انجلتِ الشمس فخطب الناس ». متفقٌ عليه.
Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw, lalu Rasulullah shalat
dengan berdiri lama sepanjang bacaan surah Al Baqarah, lalu ruku’ lama, lalu
bangun dan beridiri lama tidak selama berdiri pertama, kemudian ruku’ kembali
dengan lama tidak selama ruku’ pertama, lalu sujud. Kemudian bangun berdiri
lama, tidak selama yang pertama, kemudian ruku’ lama tidak selama yang pertama,
kemudian bangun dengan berdiri lama tidak selama yang perama, kemudian ruku’
lama tidak selama ruku’ pertaman, kemudian bangun ruku’, kemudian sujud dan
ketika selesai shalat, matahari telah pulih kembali. Lalu berkhitbah di hadapan
kaum muslimin. Muttafaq alaih.
Para ulama telah bersepakat bahwa shalat gerhana itu hukumnya sunnah
muakkadah (ditekankan) bagi semua laki-laki dan wanita, dilakukan dengan
berjamaah. Seperti dalam hadits Al Mughirah bin Syu’bah ra berkata:
«انكَسفت الشَّمس على عهد رسول الله صلى الله
عليه وسلم يوم مات إبراهيم - أي ابنه عليه السلام، مات في السنة العاشرة من الهجرة
- فقال الناس: انكسفتِ الشمس لموت إبراهيم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إنّ
الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا يَنكسفان لموتِ أحد ولا لحياتِه، فإذا
رأيتموهما فادعوا الله وصلّوا حتى تنكشف ». متفقٌ عليه
Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw pada hari wafatnya Ibrahim
(putra Rasulullah pada tahun sepuluh hijriyah) lalu orang-orang berkata:
Gerhana matahari karena wafatanya Ibrahim. Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah, tidak
terjadi gerhana karena kematian seseorang atau kelahirannya. Maka jika kamu
melihatnya berdoalah dan shalatlah sehingga terang kembali. Muttafaq alaih.
Shalat gerhana adalah dua rakaat setiap rakaat dua kali berdiri dan dua
ruku’ seperti dalam hadits di atas.[13] Disunnahkan pula memperpanjang berdiri dan
ruku’. Waktunya sejak mulai gerhana matahari atau bulan, sampai selesai.
Khutbah sesudah shalat hukumnya adalah syarat menurut madzhab Syafi’iy, dan
sunnah menurut Abu Hanifah dan Imam Malik setelah shalat gerhana matahari saja.
Dengan dua kali khutbah. Membaca istighfar dalam kedua khutbah itu sebagai
pengganti takbir (dalam shalat ied).
Diperbolehkan jahriyah dan sirriyah. Shalat jahriyah lebih shahih seperti
yang dikatakan oleh Imam Al Bukhari. Dan ditekankan untuk dilakukan dengan
jahriyah pada shalat gerhana bulan kaena terjadi di malam hari.
- Shalat Istikharah. Dari Jabir ra berkata:
: كان رسول
الله صلى الله عليه وسلم يُعلِّمنا الاستخارة في الأُمور كلها، كما يعلمنا السورة
من القرآن، ويقول: «إذا هَمَّ أحدكم بالأمر، فليركع ركعتين من غَير الفريضة ثم
ليقل:
اللَّهمَّ إني أَستَخيرُكَ بعلمك، وأستَقدِرُك بقُدرَتِك، وأسألك من فَضلِك
العَظيم، فإنك تقدر ولا أقدر، وتَعلمُ ولا أعلم وأنت علّام الغيوب. اللَّهمَّ إن
كنتَ تعلم أن هذا الأمر - ويسمي حاجته - خيرٌ لي في ديني ومَعاشي وعاقِبة أمري
فاقدُره لي، ويَسِّره لي، ثم بارك لي فيه. وإن كنت تعلم أنّ هذا الأمر شَرٌ لي في
ديني ومَعاشي وعاقبة أمري فاصرِفه عني، واصرفني عنه، واقدُر لي الخير حيثُ كان،
ثمَّ رضني به». رواه الجماعة إلا مسلماً.
Rasulullah saw pernah mengajarkan kepada kami istikharah (memilih) dalam
semua urusan sebagaimana mengajarkan bacaan surah dalam Al Qur’an. Dengan
bersabda: “Jika salah seorang di antaramu bimbang atas sesuatu maka hendaklah
ruku’ dengan dua rakaat, di luar shalat fardhu, kemudian berdoa: ”Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta pilihan dengan ilmu-Mu, dan meminta kemampuan dengan
Kekuasaan-Mu, meminta dari anugerah-Mu yang besar, Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Kuasa dan aku tidak berdaya, Engkau Yang Maha Mengetahui dan aku tidak
mengetahui, Engkaulah Yang Maha Mengetahui yang tersembunyi. Ya Allah, Engkau
yang mengetahui jika urusan ini –menyebutkan urusannya- baik bagiku dalam
agama, dunia dan akhir urusanku, maka tetapkan ia padaku dan mudahkan bagiku,
lalu berkahilah aku dengannya. Dan Engkau yang mengetahui jika urusan ini buruk
bagiku, dalam agama, dunia, dan akhir urusanku maka jauhkan ia dariku, jauhkan
aku darinya, tetapkan bagiku apa yang ada, lalu ridhailah aku. HR Al Jamaah, kecuali Imam Muslim.
- Shalat Taubat. Dari Abu Bakar ra
berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
« مَا مِن
رجلٍ يذنب ذَنباً ثم يقومُ فيتطهَّر، ثم يُصلي رَكعتين، ثم يستغفر الله إلّا غَفر
له »، ثم قرأ هذه الآية:
Tidak ada seorangpun yang berbuat dosa kemudian ia bangun bersuci, lalu
shalat dua rakaat, kemudian beristighfar kepada Allah pasti Allah akan mengampuninya.
Lalu Rasulullah membaca ayat:
- Shalat Istisqa; yaitu shalat untuk
minta turun hujan dari Allah karena paceklik/kekeringan.
Shalat istisqa itu dua rakaat[14]
tanpa adzan dan iqamat. Dilakukan di luar waktu yang dilarang shalat. Pada
rakaat pertama imam membaca surah Al Fatihah dan surah Al A’la dengan jahriyah,
dan pada rakaat kedua membaca Al fatihah dan Al Ghasyiyah. Kemudian berkhtbah
dengan dua kali khutbah seperti khutbah ied. Menurut madzhab Hanbali dengan
sekali khutbah dan berdoa[15].
Rasulullah membalik selendangnya yang semula di kanan ke kiri, dan yang
semula di kiri ke kanan.
Bisa juga dengan doa dalam khutbah jum’at, seperti yang Rasulullah lakukan,
dalam riwayat Asy Syaikhani dari Anas ra.
أن رجلاً دخل المسجد يوم الجمعة ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم يخطب، فقال:
يا رسول الله، هلكَت الأموال وانقطعت السُّبُل، فادع الله يُغيثنا، فَرَفع رسول
الله صلى الله عليه وسلم يَدَيه، ثم قال: « اللهمَّ أغِثْنا، اللهمّ أغِثْنَا... ».
Bahwa seseorang masuk masjik di
hari jum’at saat Rasulullah sedang berdiri khutbah, orang itu berkata: Ya
Rasulallah. Harta benda pada hancur
dan perjalanan jadi terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan
pada kami. Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa: Ya Allah …
Bisa juga dengan berdoa saja selain hari jum’at, tanpa shalat di masjid
atau lapangan. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Al
Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah dan Al Hakim.
- Qiyamu Ramadhan/shalat tarawih;
Rasulullah saw bersabda:
«من قام
رَمضان إيماناً واحتساباً، غُفِر له ما تقدَّم من ذَنْبه» متفقٌ عليه
Barang siapa yang qiyamu Ramadhan
dengan dengan iman dan mengharap Allah, maka Allah akan ampuni dosanya yang
telah lalu dan yang akan datang. Muttafaq alaih
Qiyamu Ramadhan disebut tarawih
karena mereka beristirahat setelah empat rakaat shalat.
Shalat tarawih hukumnya sunnah
muakkadah bagi laki-laki dan wanita di bulan Ramadhan. Waktunya sesudah shalat
isya’ dan sebelum witir fajar. Tarwih dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat; sepetti
dalam hadits :
«صَلاة
اللَّيل مَثْنَى مَثْنى». متفقٌ عليه
Shalat malam itu dua-dau. Muttafaq alaih
Ditekankan delapan rakaat, seperti yang disebut dalam hadits-hadits shahih,[16] disunnahkan pula dua puluh rakaat seperti
yang dilakukan oleh para shabat dan khulafaurrasyidin. Demikianlah madzhab
Hanafi, Syafi;iy, Hanbali, dan jumhurul ulama. Disunnahkan dalam berjamaah. (lihat
shalat tarawih dalam bab puasa di buku ini)
- Qiyamullail, yaitu bangun di tengah malam untuk shalat sunnah. Ia merupakan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah yang paling besar. Allah swt telah memerintahkannya pada Nabi Muhammad saw, dengan ayat:
Dan
pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
QS. Al Isra: 79
Allah memuji para hamba-Nya:
Di
dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan
diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz Dzariyat: 17-18)
Waktunya sejak selesai shalat isya’sehingga
terbit fajar, utamanya sepetiga malam terakhir, setelah bangun tidur, tidak ada
batasan jumlah rakaat, bisa hanya dengan dua rakaat, atau sebelas rakaat
seperti dalam riwayat Aisyah ra, dan tidak ada larangan lebih dari itu.
Di antara adabnya, adalah berniat
sebelum tidur, memulai shalat dengan dua rakaat yang ringan (singkat), kemudian
shalat sesuka hantinya. Sebaiknya membangunkan keluarga. Berhenti shalat ketika
ngantuk. Tidak mempersulit diri sendiri –artinya berdiri shalat sesuai dengan
kemampuan- berdoa dengan doa-dao ma’tsur dari Rasulullah saw. [17]
- Shalar
Ied (fithri dan adha), hukumnya sunnah Muakkadah (ditekankan),[18]
Rasulullah saw membiasakannya. Dan secara singkat hukum-hukumnya adalah sebagai berikut:
-
dilakukan
dengan dua rakaat berjamaah tanpa adzan dan iqamat, sebelum khutbah, seperti
dalam hadits Jabir
: «شهدتُ
مع رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم العيد فَبدأ بالصَّلاة قبل الخُطبة بلا أذان
ولا إقامة، ثم قامَ مُتوكِّئاً على بِلال، فأمَر بتَقوى الله، وحثَّ على الطَّاعة،
وَوَعظ النَّاس...» رواه مسلم
Aku menyaksikan shalat ied bersama Rasulullah saw pada hari ied sebelum khutbah tanpa adzan dan
iqamat, kemudia Rasulullah berdiri dengan didampingi Bilal, lalu memerintahkan
bertaqwa kepada Allah, mendorong taat, dan memberi banyak nasehat....” HR
Muslim.
-
Kaifiyahnya
sama seperti shalat biasa, hanya saja pada rakaat pertama betakbir tujuh kali
dengan mengangkat kedua tangan, dan pada rakaat kedua bertakbir lima kali
sebelum membaca surah Al fatihah, seperti dalam hadits:
«التَّكبير
في الفِطر سَبع في الأولى، وخَمسٌ في الأُخرى، والقِراءة بَعدهما كِلْتَيْهما»
رواه التِّرمذي
Takbir dalam shalat iedul fitri adalah tujuh kali di rakaat pertama, dan
lima kali di rakaat kedua, dan membaca (Al Fatihah+ surah lain) sesudahnya
dalam dua rakaat itu. HR At Tirmidziy
Disunnahkan pula memisahkan
antara takbir itu denga membaca :
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر
Kemudian imam berkhutbah sesudah
shalat dengan dua kali khutbah seperti khutbah jum’at.
-
Waktunya sejak
matahari naik sepenggalah (kira-kira enam meter) pada waktu iedul fitri dan
tiga meter pada iedul adha, sampai matahari bergeser ke barat.
-
Shalat ied sah dikerjakan oleh laki-laki, wanita,
anak-anak, musafir, atau mukim. Dan barang siapa yang ketinggalan berjamaah ia
shalat munfarid. Dan menurut madzhab Hanafi, ia shalat empat rakaat tanpa
tambahan takbir. Makruh shalat sunnah sebelumnya dan sesudahnya.[19]
Karena Rasulullah saw tidak shalat sebelum dan sesudahnya. Seperti yang
diriwayatkan oleh tujuh ulama hadits.
-
Disunnahkan bagi setiap muslim untuk mandi, bersiwak,
memakai wewangian, memakai pakaian palign baik, menuju ke tempat shalat dari
jalan yang berbeda dengan jalan pulangnya. Memperbanyak melantunkan takbir,
yang bunyinya:
: الله
أكبر الله أكبر لا إله إلّا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولِلَّه الحمد
Sebagaimana disunnahkan makan
kurma atau yang lainnya sebelum berangkat shalat iedul fitri.
[1] Karena sabda Nabi Muhammad saw:
( الجمعة حق واجب على كل مسلم في جماعة إلا أربعة : عبد مملوك أو
امرأة أو صبي أو مريض ) رواه أبو داود ، وقال النووي صحيح على شرط مسلم .
Jum’atan adalah kewajiban atas setiap muslim dengan
berjamaah, kecuali empat orang yaitu: hamba sahaya, wanita, anak kecil, orang
yang sedang sakit. HR Abu Daud, An Nawawiy berkata: Shahih menurut syarat Imam
Muslim.
[2] Karena
jawaban Nabi Muhammad saw yang ditanya : : ما العذر ؟ ( خوف أو مرض ) رواه أبو داود بسند
صحيح .
Apa udzur
itu? Jawabnya: ketakutan dan sakit. HR. Abu Daud dengan sanad shahih
[3] Menurut
imam Ahmad bin Hanbal, dari waktu shalat ied/waktu dhuha, seperti dalam hadits
Jabir, bahwa Rasulullah pernah shalat
jum’at, kemudian kami pergi ke onta kami, mengistirahatkan mereka pada saat
mathari bergeser. HR Ahmad, Muslim, An Nasa’iy, dan yang utama dilaksanakan
setelah matahari bergeser. Dan menurut madzhab Malikiy, waktu jum;at itu sampai
waktu maghrib.
[4] Menurut
madzhab Malikiy, khutbah harus berbahasa Arab, dan jika tidak ada orang yang
mampu, maka tidak wajib jum’atan.
[5] Madzhab
Syafi’iy dan Hanbali memperbolehkan shalat ghaib, seperti shalat Rasulullah
atas An Najasyi, ketika mendengar berita kematiannya. HR. Al Jamaah
[6] Sebab
jenazah syuhada tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Dan menurut madzhab
Hanafi, syuhada tidak dimandikan tetapi wajib dishalatkan, meruju kepada
Rasulullah yang mensholati syuhada Uhud, seperti yang diriwayatkan oleh Al
Baihaqi. Syahid yang dimaksud di sini adalah syahid di medan perang
[7] Inilah
madzhab Hanafi, yang shalat witirnya seperti shalat maghrib.
[8] وهو
: اللهم إنا نستعينك ونستهديك ونستغفرك ونتوب إليك ونؤمن بك ، ونتوكل عليك ،
ونُثني عليك الخير كله ، نشكرك ولا نكفُرك ، ونخلع ونَترك من يفجُرك ، اللهم إياك
نعبد ، ولك نصلِّي ونسجد ، وإليك نسعى ونحفِد ، نرجو رحمتك ونخشى عذابك ، إنَّ
عذابك الجد بالكفَّار مُلحَق ( الجد : ضد الهزل وتأتي بمعنى العظيم
Ya Allah sesungguhnya kami mohon pertolongan-Mu,
meminta petunjuk-Mu, meminta ampunan-Mu, bertaubat kepada-Mu, beriman
dengan-Mu, berserah diri atas-Mu, memuji-Mu dengan seluruh kabaikan, bersyukur
kepada-Mu, tidak mengingkari-Mu. Kami mencabut,meninggalkan orang-orang yang
mendurhakai-Mu, Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembar, dan hanya karena-Mu
kami shalat dan sujur. Hanya kepada-Mu kami berusaha bergegas, kami mengharap
rahmat-Mu, kami takut adzab-Mu, sesungguhnya adzab-Mu atas orang kafir pasti
akan mengena.
[9] Hadits
Aisyah ra:
" كان النبي r يُصلي في بيتي قبل الظهر أربعاً ، ثم يخرج فيصلي بالناس ، ثم يدخل
فيصلي ركعتين . . . " . رواه مسلم وتؤيده أحاديث البخاري
Bahwa Nabi Muhammad saw shalat di rumahku empat rakaat
sebelum zhuhur, kemudian keluar shalat dengan kaum muslimin, lalu masuk kembali
dan shalat dua rakaat…HR. Muslim, dikuatkan oleh hadits Al Bukhariy
[10] Inilah
standar yang ditekankan dalam sunnah zhuhur, karena hadits Abdullah ibnu Umar:
( حفظت عن النبي r عشر ركعات : ركعتين قبل الظهر وركعتين بعدها ، وركعتين بعد المغرب
في بيته ، وركعتين بعد العشاء في بيته ، وركعتين قبل الصبح ) رواه البخاري وأحمد
بسند جيد
Aku menghafal dari Nabi saw sepuluh rakaat: dua rakaat
sebelum zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib di
rumahnya, dua rakaat sesudah isya di rumahnya, dua rakaat sebelum shubuh. HR Al
Bukhari, dan Ahmad dengan sanad shahih.
[11] Karena
sabda Rasulullah saw: " من صلّى أربعاً قبل الظهر
وأربعاً بعدها حرم الله لحمه على النار " رواه الخمسة
Barang siapa shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan
empat rakaat sesudahnya Allah haramkan dagingnya dari api neraka. HR Lima
perawi hadits.
[13] Menurut
madzhab Hanafi, bahwa shalat gerhana itu hanya dengan satu kali berdiri di
setiap rakaat, sebagaimana shlat sunnah lainnya, karena ada hadits yang
meriwayatkannya. Hal ini disetujui oleh madzhab Maliki dalam shalat gerhana
bulan
[14] Menurut
madzhab Syafi’iy, disunnahkan bertakbir dalam shalat itu sebagaimana takbr di
shalat ied, seperti dalam hadits riwayat Ad Daru Quthniy dari Ibnu Abbad,
dinilai dhaif seperti yang tercantum dalam Al Majmu’.
[15] Di antara doa ma’tsurnya adalah:
:
" اللهم اسقنا غيثاً مغيثاً مريعاً غدقاً مجللاً عامَّاً طبقاً سَحّاً دائماً
. اللهم اسقنا الغيث ولا تجعلنا من القانطين ، اللهم إن بالعباد والبلاد والبهائم
والخلق من اللأواء ( أي التعب ) والجهد والذَّنك ما لا نشكوه إلا إليك . اللهم
أنبت لنا الزرع ، وأدرّ لنا الضّرع ، واسقنا من بركات السماء ، وأنبت لنا من
بركات الأرض ، اللهم ارفع عنا الجهد والجوع والعُرى ، واكشف عنا من البلاء ما لا
يكشفه غيرك . اللهمَّ إنا نستغفرك إنك كنت غفاراً ، فأرسل السماء علينا مدراراً
" . قال الشافعي : وأحب أن يدعو الإمام بهذا .
( مربعاً : أي يخصب الأرض ) (غدقاً
: كثير الماء ) مُجلِّلاِّ : يعم نفعه البلاد ) ( طبقاً : يكون المطر على البلاد
كالطبق يغطيها ) ، ( سَحّاً : شديد الوقع على الأرض ) .
[16] Di
antaranya hadits Aisyah ra;
( ما كان رسول الله
r يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى
عشرة ركعة ) متفق عليه .
Rasulullah saw tidak pernah lebih dari sebelas rakaat
di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Muttafaq alaih
[17] " اللهم لك
الحمد ، أنت نور السماوات والأرض ومن فيهن ولك الحمد ، أنت قَيِّم السَّماوات
والأرض ومن فيهن ولك الحمد ، أنت الحق ، ووعدُك الحق ولقاؤك حق ، والجنة حق ،
والنارُ حق ، والنبيون حق ، ومُحمد حق ، والساعة حق ، اللهم لك أسلمت ،وبك آمنت ،
وعليك توكلتُ ، وإليك أنبتُ ، وبك خاصمت ، وإليك حاكمت ، فاغفر لي ما قدمت وما
أخرت وما أسررت وما أعلنتُ ، أنت الله لا إله إلا أنت " .
[18] Menurut
madzhab Maliki dan Syafi;iy. Madzhab Hanafi menyatakan hukumnya wajib. Madzhab
Hanbali menngatakan hukumnya fardhu kifayah bagi setiap orang yang wajib shalat
jum’at.
[19] Menurut
madzhab Syafi’iy tidak makruh shalat sunnah sebelum dan sesudahnya ketika
matahari sudah meninggi bagi selain imam.
0 comments:
Posting Komentar