heroe

Sabtu, 10 November 2012

Hukum Sholat (part 2)


11. MACAM SHALAT

Kedua : Shalat Jum’at
  1. Hukumnya
Shalat jum’at hukumnya fardhu ‘ain, seperti dalam firman Allah: QS Al Jum’ah: 9

Juga sabda Rasulullah saw. 
« لَقد هَمَمتُ أن آمُرَ رجلاً يصلي بالنّاس، ثم أُحرّق على رجالٍ يتخلَّفون عَن الجُمعة بيوتَهم » رواه أحمد ومُسلم،
Sungguh aku bermaksud untuk menyuruh seseorang shalat bersama kaum muslimin, kemudian aku membakar rumah orang-orang yang tidak ikut melaksanakan shalat jum’at. HR Ahmad, dan Muslim
Sabda Nabi yang lain: 
« لَينتهيَنَّ أقوامٌ عن وَدعِهم الجُمُعات - أي تَركِهم - أو ليختِمَنَّ الله على قُلوبهم، ثم لَيكونُنَّ من الغَافِلين »، رواه مسلم والنسائي وأحمد.
Kaum itu mau meninggalkan (pekerjaannya) untuk shalat jum’at, atau Allah akan kunci mati hati mereka, kemudian menjadi orang-orang yang lalai. HR Muslim, An Nasa’iy dan Ahmad.
Rasulullah mengancam orang yang meninggalkannya dengan bersabda:
« مَنْ تَرك ثَلاثَ جُمعٍ تَهاوناً طَبع الله على قَلْبه »، رواه أصحاب السنن والحاكم.
Barang siapa yang meninggalkan tiga shalat jum’at karena meremehkannya, maka Allah akan mengunci mati hatinya. HR Ashabussunan dan Al Hakim.

  1. Siapa Yang Berkewajiban
-          Shalat wajib bagi setiap muslim yang berakal, baligh, muqim (tidak musafir) dan mampu berjalan.
-          Shalat jum’at tidak wajib bagi wanita, anak-anak, orang sakit yang membahayakan kalu ikut jum’atan, perawat yang tidak dapat meninggalkan pasiennya,[1] musafir, orang yang dalam ketakutan, orang yang terhalang hujan lebat, atau gangguan keamanan.[2]
-          Ketika orang yang tidak berkewajiban jum’at melaksanakannya, maka sah shalatnya dan tidak berkewajiban shalat zhuhur.

  1. Waktu dan Syaratnya
Waktu shalat jum’at adalah waktu shalat zhuhur,[3] dan syaratnya adalah:
a.       Berjamaah, sabda Nabi:
 « الجُمعةُ حَقٌّ واجب على كلِّ مُسلم في جماعة »، رواه أبو داود
Jum’atan adalah kewajiban atas setiap muslim dengan berjamaah. HR Abu Daud. Dan berjamaah itu adalah tiga orang selain imam. Madzhab Syafi’iy mensyaratkan kehadiran empat puluh orang mukim. Madzhab Maliky mensyaratkan kehadiran dua belas orang laki-laki selain imam. 
b.      Madzhab Syafi’iy mensyaratkan pelaksanaannya di tempat yang sudah dibangun (ada bangunan)
c.       Madzhab Hanafi mensyaratkan izin imam (kepala negara) untuk pelaksanaannya

  1. Khutbah
-          Khutbah jum’at hukumnya wajib  menurut pendapat mayaoritas ulama.
-          Syarat Khutbah: Sebelum shalat, di waktu zhuhur, dihadiri oleh jumlah minimal shalat jum’at, dengan dua khutbah yang dipisah dengan duduk, berkhutbah dengan berdiri dan dalam keadaan suci (hal ini sunnah menurut madzhab Hanafi, dan syarat menurut madzhab Syafi’iy), antara khutbah dan shalat tidak terpisah dengan kegiatan lain, tidak disyaratkan dengan berbahasa Arab,[4] dan yang utama adalah berkhutbah dengan bahasa Arab, kemudian menjelaskan isinya dengan bahasa pendengar. Dalam khutbah harus ada: hamdalah, shalawat atas Rasulullah, membaca ayat Al Qur’an, doa untuk orang-orang beriman dan wasiat taqwa.

  1. Adab Jumat, dan hal-hal yang berkaitan dengan hari jum’at.
-          mandi; sabda Nabi: « إذا جاءَ أحدُكُم الجُمعةَ فَلْيَغتَسِل » متفق عليه jika salah seorang diantaramu menghadiri jumatan hendaklah mandi. Hadits Muttafaq alaih.
-          Berpakaian rapi, menggunting kuku, bersiwak, memakai wewangian, dan berpakaian yang paling bagus.
-          Memperbanyak do’a. Sabda Nabi:
« فَفي يوم الجمعة ساعة لا يوافقها عَبد مُسلم وهو قائم يُصلي يسأل الله شَيئاً إلّا أعطاه إياه » متفق عليه
Pada hari jum’at itu ada waktu yang jika seorang muslim mendapatkannya dalam shalat, lalu ia meminta sesuatu kepada Allah, maka pasti Allah akan berikan. Hadits Muttafaq alaih.
-          Memperbanyak membaca shalawat Nabi, sabda Nabi:
« إنَّ من أفضل أيامِكم يوم الجمعة فَأكثروا عليّ من الصَّلاة فيه، فإنَّ صلاتَكم معروضة علي ّ»، رواه أبو داود
Sesungguhnya di antara hari-harimu yang paling utama adalah hari jum’at, maka perbanyaklah bershalawat keapdaku pada hari itu, karena shalawatmu ditunjukkan padaku. HR Abu Daud
-          Membaca surah Al Kahfi. Sabda Nabi:
« مَن قرأ سورَةَ الكَهف يوم الجمعة أضاء له مِن النور ما بَينه وبَين الجمعتين » أخرجه الحاكم في المستَدرك، وقال: صَحيح الإِسناد
Barang siapa yang membaca surah Al kahfi pada hari jum’at, akan ada nur yang meneranginya diantara dua jum’at. HR Al Hakim, dalam Al Mustadrak, danberkata: Snadnya shahih
-          Banyak bersedekah, membaca Al Qur’an dan beramal shalih

Yang berkaitan dengan shalat dan Khutbah Jum’at
-          Semakin pagi berangkat ke masjid, berjalan dengan tenang dan khusyu
-          Tidak melangkahi pundak orang dan memisah antara kedua orang yang duduk
-          Tidak berjalan di depan orang yang shalat
-          Berusaha meraih shaf pertama
-          Tidak melakukan shalat sunnah setelah imam naik mimbar, berkonsentrasi menjawab seruan adzan dan mendengarkan khutbah
-          Tidak berbiacara sedikitpun. Rasulullah bersabda:
« إذا قلتَ لصاحِبك أنصِت يومَ الجمعةِ والإِمامُ يخطبُ فقد لَغوت َ» رواه الجماعة
Jika kamu berkata kepada sahabatmu “diam” pada hari jum’at, sewaktu imam berkhutbah, maka telah sia-sia jum’atanmu. HR Al Jamaah
Bahkan diharamkan makan minum dan menulis sewaktu khutbah.
-          Disunnahka shalat sesukanya sebelum adzan, dan sesudahnya empat rakaat, sesuai sabda Nabi saw:

Jika salah seorang di antaramu shalat jum’at, maka hendaklah shalat empat rakaat sesudahnya. HR Muslim.
-          Tidak disunnahkan shalat sesudah adzan kecuali shalat tahiyyatul masjid, seperti dalam hadits Nabi:

Jika salah seorang di antaramu datang pada hari jum’at, ketika imam berkhutbah maka hendaklah ia ruku’dua rakaat dengan agak cepat. HR Muslim


Ketiga : Shalat Janazah
  1. Shalat janazah hukumnya fardhu kifayah. Jika ada salah seorang telah menunaikannya maka gugur kewajiban atas yang lainnya. Dan jika tidak ada seorangpun yang menunaikan maka berdosa semua
  2. Shalat jenazah itu dengan empat kali takbir, satu kali berdiri, tanpa ruku’ dan sujud
  3. Syaratnya sama dengan syarat shalat lainnya. Ditambah lagi:
    1. ada mayitnya.[5]
    2. mayitnya buka syahid di medan perang[6]
  4. Cara shalat janazah adalah sebagai berikut:
    1. niat shalat janazah
    2. bertakbir dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca surah Al Fatihah
    3. bertakbir kedua dengan mengangkat tangan, lalu membaca shalawat Nabi (shalawat Ibrahimiyah)
    4. bertakbir ketiga dengan mengangkat kedua tangan, lalu berdoa untuk jenazah, dengan doa-doa ma’tsur (yang bersumber dari Nabi), antara lain:
« اللهمّ اغفر له وارحَمه، وعافِه واعفُ عنه، وأكرم نُزُله، ووسِّع له مُدخله، واغسِله بالماء والثَّلج والبَرَد، ونقِّه من الخَطايا كما نقَّيت الثوبَ الأبيض من الدَّنس، وأبدِلْه داراً خيراً من داره، وأهلاً خيراً من أهله، وزوجاً خيراً من زَوجه، وأدخله الجنَّة، وأعِذْه من عَذاب القَبر ومِن عَذاب النَّار »، رواه مسلم.

Ya Allah, amunilah ia, syangilah ia, ma’afkanlah ia, muliakanlah persinggahannya, lapangkanlah pintu masuknya, mandikan ia dengan air, salju, dan embun, bersihkan ia dari kesalahan sebagaimana bersihnya kain putih dari noda, gantikan rumah dengan rumah yang lebih baik dari rumah dunianya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di dunia) istri/suami yang lebih baik dari istri/suaminya (di dunia), masukkan ia ke dalam surga, hindarkan ia dari adzab kubur, dan adzab neraka. HR Muslim
* « اللَّهمَّ اغفِر لحيِّنا وميِّتنا، وشاهِدنا وغائبنا، وصَغيرنا وكَبيرنا، وذَكرنا وأُنثانا، اللهمَّ من أحييته مِنَّا فَأحيِه على الإِسلام، ومَن توفَّيْتَه منّا فَتَوفَّه على الإِيمان. اللهمَّ لا تَحرمنا أجره، ولا تُضلنا بعَده ». رواه مسلم والأربعة
Ya Allah, ampunilah yang hidup dan yang mati dari kami, yang hadir dan yang tidak hadir dari kami, yang besar dan yang kecil dari kami, lelaki dan wanita kami, Ya Allah, siapapun yang Engkai hidupkan di antara kami, hidupkanlah ia dalam Islam, dan siapapun yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan ia dalam keadaan beriman. Ya Allah jangan Engkau halangi kami dari pahalanya, dan jangan Engkau sesatkan kami sesudahnya. HR Muslim dan empat imam.

    1. bertakbir ke empat dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca:
« اللهمّ لا تَحرمنا أجره ولا تَفْتِنّا بعَده ». - رواه الترمذي وأبو داود
Ya Allah, janganlah Engakau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau berikan fitnah (ujian) atas kami sesudahnya. HR. At tirmidzi, Abu Daud – kemudian mengucapkan salam.


12.  SHALAT-SHALAT SUNNAH

Pertama: Shalat Witir
Shalat witir hukumnya sunnah muakkadah (ditekankan) menurut jumhurul fuqaha (ahli fiqh). Wajib menurut madzhab Hanafi. Hukum-hukum yang berkaitan dengan shalat witir adalah:
  1. Waktunya sesudah shalat isya’ sehingga terbit fajar. Disunnahka dikerjakan di akhir malam bagi yang mampu. Seperti hadits Nabi:
: «اجعَلوا آخِر صَلاتِكم باللَّيل وِتراً» متَّفقٌ عَليه،

Jadikanlah akhir shalatmu adalah witir. Muttafaq alaih. Dan sabdanya yang lain:
«إنَّ الله زَادكم صلاةً وهي الوِتر، فصلّوها بَين صلاةِ العشاء إلى صَلاة الفَجر»، أخرجه أحمد.
Sesungguhnya Allah menambahkan shalat atas kalian yaitu shalat witir, maka kerjakanlah shalat itu antara shalat isya sampai fajar. HR Ahmad.
  1. Bilangan rakaatnya: satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat. Tiga rakaat adalah kesempurnaan minimal, boleh dengan bersambung dengan hanya sekali salam,[7] atau terpisah-pisah salam setiap dua rakaat, kemudian shalat yang ketiga. 
  2. Disunnahkan membaca doa qunut di rakaat akhir sebelum ruku’ (menurut madzhab Hanafi), sesudah ruku’ menurut madzhab Hanbali, Syafi’iy. Menurut madzhab Syafi’iy, qunut witir hanya ada di separo kedua bulan Ramadhan. Lafadh qunut itu adalah:
اللهمَّ اهدِني فيمَن هَديت، وعافِني فيمن عَافَيت، وتولَّني فيمن تولَّيت، وبارِك لي فيما أعطَيت، وقِني شرَّ ما قضَيت، فإنَّك تَقضي ولا يُقضى عليك، وإنَّه لا يَذِلُّ من والَيْتَ، تبارَكت ربنا وتعالَيت » رواه أحمد وأصحاب السنن
Ya Allah tunjukilah aku bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Sehatkan aku bersama orang-orang yang telah Engakau beri kesehatan. Lindungilah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berkahilah apa saja yang Engkau beri. Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menetapkan, dan tidak bisa ditetapkan atasmu. Sesungguhnya tidak akan pernah nista orang yang telah Engkau lindungi. Engkaulah Rabb kami Maha Pemberi berkah, dan Maha Tinggi. HR. Ahmad dan Ashabussunan.  Atau dengan membaca do’a Umar, [8] yang diriwaytakan dari Abdullah ibn Mas’ud. Doa ini yang lebih afdhal menurut madzhab Hanafi.
  1. Disunnahkan shalat witir dengan berjamaah di bulan Ramadhan, mengikuti sunnahnya berjamaah shalat tarawih. Diperbolehkan pula shalat witir berjamaah di luar bulan Ramadhan. Sebagaimana diperbolehkan shalat jamaah untuk shalat sunnah lainnya yang tidak ditemukan dalil disunnahkan berjamaah untuk melaksanakannya.
  2. Disunnah mengqadha witir, jika sudak lewat waktunya. Jika telah menunaikan shalat witir di awal malam, kemudian bangun dan shalat sunnah nafilah, maka tidak usah mengulang shalat witir, karena sabda Nabi:
«لا وِترانِ في ليلة»، رواه أحمد والثلاثة
Tidak ada dua witir dalam satu malam. HR Ahmad dan tiga ulama hadits lain.
  1. Disunnahkan bagi orang yang shalat witir untuk mengucapkan sesudah shalat:
(سبحانَ الملِك القدُّوس) ثلاثاً. روى ذلك أبو داود في سننه
Maha Suci Yang Maha Kuasa dan Maha Suci.

Kedua : Shalat Rawatib lima waktu

Disunnahkan bagi setiap muslim untuk membiasakan shalat sunnah bersama dengan shalat lima waktu sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan.
فعن رَبيعة بن مالك الأسلمي رضي الله عنه، قال: قال لي رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «سَل». فقلت: أسألك مرافَقتكَ في الجنَّة. فقال: «أَوَغَيْر ذلك؟» قلت: هو ذاك. قال؛ «فأعِني على نَفسِك بكثرة السُّجود». رواه مسلم
Dari Rabi’ah bin Malik Al Aslamiy ra berkata: Rasulullah saw berkata kepadaku: “Mintalah”, aku berkata: “Aku minta bisa bersamamu di sorga”. Tanya Nabi: “Apakah ada permintaan lain? Aku jawab: “Hanya itu”. Sabda Nabi: “Maka bantulah aku mencapai keinginanmu dengan banyak bersujud.”. HR. Muslim. 
وعن أُم المؤمنين أم حَبيبة بنتِ أبي سُفيان رَضي الله عنها قالَت: سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «ما مِن عبدٍ مُسلم يُصلي لله تعالى في كلِّ يوم ثِنتَي عشرة ركعة تَطوُّعاً غيرَ الفَريضة إلَّا بَنى الله له بَيتاً في الجنَّة»، رواه مسلم.
Dari Ummul mukminin, Ummu Habibah binti Abu Sufyan ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidak ada seorang hamba muslim yang shalat karena Allah setiap hari dua belas rakaat sebagai tathawwu’ (tambahan kebaikan) selain shalat fardhu, kecuali Allah akan bangunkan untuknya rumah di surga. HR Muslim.

Shalat sunnah rawatib  yang menyertai shalat lima waktu itu ialah:
  1. Sunnah Fajar, dua rakaat dengan agak cepat, sebelum shalat fardhu, dan bisa diqadha jika terlewatkan. Seperti dalam hadits Imran bin Hushain, yang diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim.
« لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم على شيء من النوافِل أشدَّ تَعاهُداً منه على رَكعتَي الفَجر ».
Aisyah berkata: Rasulullah tidak pernah sangat menjaga amal sunnah melebihi dua rakaat sebelum fajar.
Rasulullah juga bersabada:
« رَكعتا الفَجر خيرٌ من الدُّنيا وما فيها » رواه مسلم
Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dengan segala isinya. HR Muslim, hukumnya sunnah muakkadah mendekati wajib.
  1. Sunnah Zhuhur; yaitu empat rakaat sebelum zhuhur[9], dan sua rakaat sesudahnya, ini sumber yang paling shahih. Bisa juga dengan dua rakaat sebelum dan sesudahnya[10], atau empat rakaat sebelum dan sesudahnya.[11] 
  2. Sunnah Ashar, dua rakaat (seperti yang diriwayatkan Abu Daud dari Ali ra) atau empat rakaat (seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan At Tirmidziy dari Ibnu Umar ra) sebelum shalat fardhu.
  3. Sunnah Maghrib; yaitu dua rakaat sesudah shalat fardhu, hukumnya sunnah muakkadah (seperti riwayat Al Bukhari dan Muslim)
- dua rakaat sebelumnya sunnah bagi yang mau mengamalkannya (seperti riwayat Asy Syaikhani/Al Bukhari dan Muslim), demikianlah madzhab Syafi’iy dan Hanbali.
  1. Sunnah Isya’; dua rakaat  sesudah shalat fardhu (riwayat Al Bukhari dan Muslim)
- Dua rakaat sebelumnya sunnahbagi yang mau melakukannya, inilah madzhab Syafi’iy. Sedang menurut madzhab Hanafi sunnah Isya’ itu empat rakaat sebelumnya dan empat rakaat sesudahnya.

Ketiga : Shalat Sunnah lainnya.
  1. Shalat Dhuha; dari Abu Hurairah ra berkata:
«أوصاني خَليلي صلى الله عليه وسلم بصيام ثَلاثة أيام من كل شهر، ورَكعتي الضُّحى، وأن أوتِر قَبل أن أرقد» متفق عليه
Kekasihku (Rasulullah saw) telah berwasiat kepadaku untuk puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum aku tidur”. Muttafaq alaih
« يُصبح على كلِّ سُلامى([12]) من أحدكم صَدقة، فكلُّ تسبيحة صدقة، وكل تَحميدة صَدقة، وكلّ تَهليلةٍ صَدقة، وكلّ تكبيرة صَدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونَهي عن المُنكر صدقة، ويجزي من ذلك رَكعتان يَركعهما من الضُّحى ». رواه مسلم وأبو داود وأحمد
Setiap sendi tubuh salah seorang di antaramu setiap apginya dapat bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan cukup dari semua itu dengan dua rakaat di waktu dhuha. HR Muslim, Abu Daud, Ahmad.

Bilangan rakaatnya mulai dari dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat. Semua ini memiliki sumber hadist shahih dari Rasulullah saw. Adapula enam belas rakaat menurut madzhab Hanafi dengan bersumber dari beberapa hadits hasan.
Waktunya mulai matahari setinggi tombak sampai menjelang matahari bergeser ke barat.  

  1. Shalat Gerhana Matahari dan Bulan. Dari Abdullah ibnu Abbas ra berkata:
« انخسفت الشمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى، فقامَ قياماً طويلاً نحواً من قراءة سورة البقرة، ثم رَكع ركوعاً طويلاً، ثم رفع فقام قياماً طويلاً، وهو دون القيام الأول، ثم ركع ركوعاً طويلاً وهو دون الركوع الأول، ثم سَجد ثم قامَ قياماً طويلاً وهو دون القيام الأول، ثم رَكع ركوعاً طويلاً وهو دون الركوع الأول، ثم رفع فقام قِياماً طويلاً وهو دون القيام الأول، ثم رَكع ركوعاً طويلاً دون الركوع الأول، ثم رَفع رأسه ثم سَجد ثم انصرف وقد انجلتِ الشمس فخطب الناس ». متفقٌ عليه.
Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw, lalu Rasulullah shalat dengan berdiri lama sepanjang bacaan surah Al Baqarah, lalu ruku’ lama, lalu bangun dan beridiri lama tidak selama berdiri pertama, kemudian ruku’ kembali dengan lama tidak selama ruku’ pertama, lalu sujud. Kemudian bangun berdiri lama, tidak selama yang pertama, kemudian ruku’ lama tidak selama yang pertama, kemudian bangun dengan berdiri lama tidak selama yang perama, kemudian ruku’ lama tidak selama ruku’ pertaman, kemudian bangun ruku’, kemudian sujud dan ketika selesai shalat, matahari telah pulih kembali. Lalu berkhitbah di hadapan kaum muslimin. Muttafaq alaih. 

Para ulama telah bersepakat bahwa shalat gerhana itu hukumnya sunnah muakkadah (ditekankan) bagi semua laki-laki dan wanita, dilakukan dengan berjamaah. Seperti dalam hadits Al Mughirah bin Syu’bah ra berkata:
 «انكَسفت الشَّمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم مات إبراهيم - أي ابنه عليه السلام، مات في السنة العاشرة من الهجرة - فقال الناس: انكسفتِ الشمس لموت إبراهيم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إنّ الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا يَنكسفان لموتِ أحد ولا لحياتِه، فإذا رأيتموهما فادعوا الله وصلّوا حتى تنكشف ». متفقٌ عليه
Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw pada hari wafatnya Ibrahim (putra Rasulullah pada tahun sepuluh hijriyah) lalu orang-orang berkata: Gerhana matahari karena wafatanya Ibrahim. Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah, tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang atau kelahirannya. Maka jika kamu melihatnya berdoalah dan shalatlah sehingga terang kembali. Muttafaq alaih.

Shalat gerhana adalah dua rakaat setiap rakaat dua kali berdiri dan dua ruku’ seperti dalam hadits di atas.[13]  Disunnahkan pula memperpanjang berdiri dan ruku’. Waktunya sejak mulai gerhana matahari atau bulan, sampai selesai.
Khutbah sesudah shalat hukumnya adalah syarat menurut madzhab Syafi’iy, dan sunnah menurut Abu Hanifah dan Imam Malik setelah shalat gerhana matahari saja. Dengan dua kali khutbah. Membaca istighfar dalam kedua khutbah itu sebagai pengganti takbir (dalam shalat ied).
Diperbolehkan jahriyah dan sirriyah. Shalat jahriyah lebih shahih seperti yang dikatakan oleh Imam Al Bukhari. Dan ditekankan untuk dilakukan dengan jahriyah pada shalat gerhana bulan kaena terjadi di malam hari.

  1. Shalat Istikharah. Dari Jabir ra  berkata:
: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يُعلِّمنا الاستخارة في الأُمور كلها، كما يعلمنا السورة من القرآن، ويقول: «إذا هَمَّ أحدكم بالأمر، فليركع ركعتين من غَير الفريضة ثم ليقل:
اللَّهمَّ إني أَستَخيرُكَ بعلمك، وأستَقدِرُك بقُدرَتِك، وأسألك من فَضلِك العَظيم، فإنك تقدر ولا أقدر، وتَعلمُ ولا أعلم وأنت علّام الغيوب. اللَّهمَّ إن كنتَ تعلم أن هذا الأمر - ويسمي حاجته - خيرٌ لي في ديني ومَعاشي وعاقِبة أمري فاقدُره لي، ويَسِّره لي، ثم بارك لي فيه. وإن كنت تعلم أنّ هذا الأمر شَرٌ لي في ديني ومَعاشي وعاقبة أمري فاصرِفه عني، واصرفني عنه، واقدُر لي الخير حيثُ كان، ثمَّ رضني به». رواه الجماعة إلا مسلماً.

Rasulullah saw pernah mengajarkan kepada kami istikharah (memilih) dalam semua urusan sebagaimana mengajarkan bacaan surah dalam Al Qur’an. Dengan bersabda: “Jika salah seorang di antaramu bimbang atas sesuatu maka hendaklah ruku’ dengan dua rakaat, di luar shalat fardhu, kemudian berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan dengan ilmu-Mu, dan meminta kemampuan dengan Kekuasaan-Mu, meminta dari anugerah-Mu yang besar, Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Kuasa dan aku tidak berdaya, Engkau Yang Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui, Engkaulah Yang Maha Mengetahui yang tersembunyi. Ya Allah, Engkau yang mengetahui jika urusan ini –menyebutkan urusannya- baik bagiku dalam agama, dunia dan akhir urusanku, maka tetapkan ia padaku dan mudahkan bagiku, lalu berkahilah aku dengannya. Dan Engkau yang mengetahui jika urusan ini buruk bagiku, dalam agama, dunia, dan akhir urusanku maka jauhkan ia dariku, jauhkan aku darinya, tetapkan bagiku apa yang ada, lalu ridhailah aku.  HR Al Jamaah, kecuali Imam Muslim.

  1. Shalat Taubat. Dari Abu Bakar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
« مَا مِن رجلٍ يذنب ذَنباً ثم يقومُ فيتطهَّر، ثم يُصلي رَكعتين، ثم يستغفر الله إلّا غَفر له »، ثم قرأ هذه الآية:
Tidak ada seorangpun yang berbuat dosa kemudian ia bangun bersuci, lalu shalat dua rakaat, kemudian beristighfar kepada Allah pasti Allah akan mengampuninya. Lalu Rasulullah membaca ayat:  

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. QS. Ali Imran: 135-136HR. Abu Daud, An Nasa’iy, Ibnu Majah, Al Baihaqi, dan At Tirmidziy yang menilainya hadits hasan.

  1. Shalat Istisqa; yaitu shalat untuk minta turun hujan dari Allah karena paceklik/kekeringan.
Shalat istisqa itu dua rakaat[14] tanpa adzan dan iqamat. Dilakukan di luar waktu yang dilarang shalat. Pada rakaat pertama imam membaca surah Al Fatihah dan surah Al A’la dengan jahriyah, dan pada rakaat kedua membaca Al fatihah dan Al Ghasyiyah. Kemudian berkhtbah dengan dua kali khutbah seperti khutbah ied. Menurut madzhab Hanbali dengan sekali khutbah dan berdoa[15].  Rasulullah membalik selendangnya yang semula di kanan ke kiri, dan yang semula di kiri ke kanan.
Bisa juga dengan doa dalam khutbah jum’at, seperti yang Rasulullah lakukan, dalam riwayat Asy Syaikhani dari Anas ra.
أن رجلاً دخل المسجد يوم الجمعة ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم يخطب، فقال: يا رسول الله، هلكَت الأموال وانقطعت السُّبُل، فادع الله يُغيثنا، فَرَفع رسول الله صلى الله عليه وسلم يَدَيه، ثم قال: « اللهمَّ أغِثْنا، اللهمّ أغِثْنَا... ».
Bahwa seseorang masuk masjik di hari jum’at saat Rasulullah sedang berdiri khutbah, orang itu berkata: Ya Rasulallah. Harta benda pada hancur dan perjalanan jadi terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan pada kami. Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa: Ya Allah …
Bisa juga dengan berdoa saja selain hari jum’at, tanpa shalat di masjid atau lapangan. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Al Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah dan Al Hakim.

  1. Qiyamu Ramadhan/shalat tarawih; Rasulullah saw bersabda:
«من قام رَمضان إيماناً واحتساباً، غُفِر له ما تقدَّم من ذَنْبه» متفقٌ عليه
Barang siapa yang qiyamu Ramadhan dengan dengan iman dan mengharap Allah, maka Allah akan ampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Muttafaq alaih
Qiyamu Ramadhan disebut tarawih karena mereka beristirahat setelah empat rakaat shalat. 
Shalat tarawih hukumnya sunnah muakkadah bagi laki-laki dan wanita di bulan Ramadhan. Waktunya sesudah shalat isya’ dan sebelum witir fajar. Tarwih dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat; sepetti dalam hadits :
«صَلاة اللَّيل مَثْنَى مَثْنى». متفقٌ عليه
Shalat malam itu dua-dau. Muttafaq alaih
Ditekankan delapan rakaat, seperti yang disebut dalam hadits-hadits shahih,[16] disunnahkan pula dua puluh rakaat seperti yang dilakukan oleh para shabat dan khulafaurrasyidin. Demikianlah madzhab Hanafi, Syafi;iy, Hanbali, dan jumhurul ulama. Disunnahkan dalam berjamaah. (lihat shalat tarawih dalam bab puasa di buku ini)

  1. Qiyamullail, yaitu bangun di tengah malam untuk shalat sunnah. Ia merupakan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah yang paling besar. Allah swt telah memerintahkannya pada Nabi Muhammad saw, dengan ayat:
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. QS. Al Isra: 79

Allah memuji para hamba-Nya:

Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz Dzariyat: 17-18)

Waktunya sejak selesai shalat isya’sehingga terbit fajar, utamanya sepetiga malam terakhir, setelah bangun tidur, tidak ada batasan jumlah rakaat, bisa hanya dengan dua rakaat, atau sebelas rakaat seperti dalam riwayat Aisyah ra, dan tidak ada larangan lebih dari itu.
Di antara adabnya, adalah berniat sebelum tidur, memulai shalat dengan dua rakaat yang ringan (singkat), kemudian shalat sesuka hantinya. Sebaiknya membangunkan keluarga. Berhenti shalat ketika ngantuk. Tidak mempersulit diri sendiri –artinya berdiri shalat sesuai dengan kemampuan- berdoa dengan doa-dao ma’tsur dari Rasulullah saw. [17]

  1. Shalar Ied (fithri dan adha), hukumnya sunnah Muakkadah (ditekankan),[18] Rasulullah saw membiasakannya. Dan secara singkat hukum-hukumnya adalah sebagai berikut: 
-          dilakukan dengan dua rakaat berjamaah tanpa adzan dan iqamat, sebelum khutbah, seperti dalam hadits Jabir
: «شهدتُ مع رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم العيد فَبدأ بالصَّلاة قبل الخُطبة بلا أذان ولا إقامة، ثم قامَ مُتوكِّئاً على بِلال، فأمَر بتَقوى الله، وحثَّ على الطَّاعة، وَوَعظ النَّاس...» رواه مسلم
Aku menyaksikan shalat ied bersama Rasulullah saw  pada hari ied sebelum khutbah tanpa adzan dan iqamat, kemudia Rasulullah berdiri dengan didampingi Bilal, lalu memerintahkan bertaqwa kepada Allah, mendorong taat, dan memberi banyak nasehat....” HR Muslim.
-          Kaifiyahnya sama seperti shalat biasa, hanya saja pada rakaat pertama betakbir tujuh kali dengan mengangkat kedua tangan, dan pada rakaat kedua bertakbir lima kali sebelum membaca surah Al fatihah, seperti dalam hadits:
«التَّكبير في الفِطر سَبع في الأولى، وخَمسٌ في الأُخرى، والقِراءة بَعدهما كِلْتَيْهما» رواه التِّرمذي
Takbir dalam shalat iedul fitri adalah tujuh kali di rakaat pertama, dan lima kali di rakaat kedua, dan membaca (Al Fatihah+ surah lain) sesudahnya dalam dua rakaat itu. HR At Tirmidziy
Disunnahkan pula memisahkan antara takbir itu denga membaca :
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر
Kemudian imam berkhutbah sesudah shalat dengan dua kali khutbah seperti khutbah jum’at.
-          Waktunya  sejak matahari naik sepenggalah (kira-kira enam meter) pada waktu iedul fitri dan tiga meter pada iedul adha, sampai matahari bergeser ke barat.
-          Shalat ied sah dikerjakan oleh laki-laki, wanita, anak-anak, musafir, atau mukim. Dan barang siapa yang ketinggalan berjamaah ia shalat munfarid. Dan menurut madzhab Hanafi, ia shalat empat rakaat tanpa tambahan takbir. Makruh shalat sunnah sebelumnya dan sesudahnya.[19] Karena Rasulullah saw tidak shalat sebelum dan sesudahnya. Seperti yang diriwayatkan oleh tujuh ulama hadits.
-          Disunnahkan bagi setiap muslim untuk mandi, bersiwak, memakai wewangian, memakai pakaian palign baik, menuju ke tempat shalat dari jalan yang berbeda dengan jalan pulangnya. Memperbanyak melantunkan takbir, yang bunyinya:
: الله أكبر الله أكبر لا إله إلّا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولِلَّه الحمد
Sebagaimana disunnahkan makan kurma atau yang lainnya sebelum berangkat shalat iedul fitri.


[1] Karena sabda Nabi Muhammad saw:
( الجمعة حق واجب على كل مسلم في جماعة إلا أربعة : عبد مملوك أو امرأة أو صبي أو مريض ) رواه أبو داود ، وقال النووي صحيح على شرط مسلم .
Jum’atan adalah kewajiban atas setiap muslim dengan berjamaah, kecuali empat orang yaitu: hamba sahaya, wanita, anak kecil, orang yang sedang sakit. HR Abu Daud, An Nawawiy berkata: Shahih menurut syarat Imam Muslim.
[2] Karena jawaban Nabi Muhammad saw yang ditanya : : ما العذر ؟ ( خوف أو مرض ) رواه أبو داود بسند صحيح .
Apa udzur itu? Jawabnya: ketakutan dan sakit. HR. Abu Daud dengan sanad shahih
[3] Menurut imam Ahmad bin Hanbal, dari waktu shalat ied/waktu dhuha, seperti dalam hadits Jabir, bahwa  Rasulullah pernah shalat jum’at, kemudian kami pergi ke onta kami, mengistirahatkan mereka pada saat mathari bergeser. HR Ahmad, Muslim, An Nasa’iy, dan yang utama dilaksanakan setelah matahari bergeser. Dan menurut madzhab Malikiy, waktu jum;at itu sampai waktu maghrib.
[4] Menurut madzhab Malikiy, khutbah harus berbahasa Arab, dan jika tidak ada orang yang mampu, maka tidak wajib jum’atan.
[5] Madzhab Syafi’iy dan Hanbali memperbolehkan shalat ghaib, seperti shalat Rasulullah atas An Najasyi, ketika mendengar berita kematiannya. HR. Al Jamaah
[6] Sebab jenazah syuhada tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Dan menurut madzhab Hanafi, syuhada tidak dimandikan tetapi wajib dishalatkan, meruju kepada Rasulullah yang mensholati syuhada Uhud, seperti yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi. Syahid yang dimaksud di sini adalah syahid di medan perang
[7] Inilah madzhab Hanafi, yang shalat witirnya seperti shalat maghrib.
[8] وهو : اللهم إنا نستعينك ونستهديك ونستغفرك ونتوب إليك ونؤمن بك ، ونتوكل عليك ، ونُثني عليك الخير كله ، نشكرك ولا نكفُرك ، ونخلع ونَترك من يفجُرك ، اللهم إياك نعبد ، ولك نصلِّي ونسجد ، وإليك نسعى ونحفِد ، نرجو رحمتك ونخشى عذابك ، إنَّ عذابك الجد بالكفَّار مُلحَق ( الجد : ضد الهزل وتأتي بمعنى العظيم
Ya Allah sesungguhnya kami mohon pertolongan-Mu, meminta petunjuk-Mu, meminta ampunan-Mu, bertaubat kepada-Mu, beriman dengan-Mu, berserah diri atas-Mu, memuji-Mu dengan seluruh kabaikan, bersyukur kepada-Mu, tidak mengingkari-Mu. Kami mencabut,meninggalkan orang-orang yang mendurhakai-Mu, Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembar, dan hanya karena-Mu kami shalat dan sujur. Hanya kepada-Mu kami berusaha bergegas, kami mengharap rahmat-Mu, kami takut adzab-Mu, sesungguhnya adzab-Mu atas orang kafir pasti akan mengena.
[9] Hadits Aisyah ra:
" كان النبي r يُصلي في بيتي قبل الظهر أربعاً ، ثم يخرج فيصلي بالناس ، ثم يدخل فيصلي ركعتين . . . " . رواه مسلم وتؤيده أحاديث البخاري
Bahwa Nabi Muhammad saw shalat di rumahku empat rakaat sebelum zhuhur, kemudian keluar shalat dengan kaum muslimin, lalu masuk kembali dan shalat dua rakaat…HR. Muslim, dikuatkan oleh hadits Al Bukhariy
[10] Inilah standar yang ditekankan dalam sunnah zhuhur, karena hadits Abdullah ibnu Umar:
( حفظت عن النبي r عشر ركعات : ركعتين قبل الظهر وركعتين بعدها ، وركعتين بعد المغرب في بيته ، وركعتين بعد العشاء في بيته ، وركعتين قبل الصبح ) رواه البخاري وأحمد بسند جيد
Aku menghafal dari Nabi saw sepuluh rakaat: dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib di rumahnya, dua rakaat sesudah isya di rumahnya, dua rakaat sebelum shubuh. HR Al Bukhari, dan Ahmad dengan sanad shahih.
[11] Karena sabda Rasulullah saw:    " من صلّى أربعاً قبل الظهر وأربعاً بعدها حرم الله لحمه على النار " رواه الخمسة
Barang siapa shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat sesudahnya Allah haramkan dagingnya dari api neraka. HR Lima perawi hadits. 
([12])           السُّلامى : عِظام الأصابع في اليد والقدم .
[13] Menurut madzhab Hanafi, bahwa shalat gerhana itu hanya dengan satu kali berdiri di setiap rakaat, sebagaimana shlat sunnah lainnya, karena ada hadits yang meriwayatkannya. Hal ini disetujui oleh madzhab Maliki dalam shalat gerhana bulan
[14] Menurut madzhab Syafi’iy, disunnahkan bertakbir dalam shalat itu sebagaimana takbr di shalat ied, seperti dalam hadits riwayat Ad Daru Quthniy dari Ibnu Abbad, dinilai dhaif seperti yang tercantum dalam Al Majmu’.
[15] Di antara doa ma’tsurnya adalah:
: " اللهم اسقنا غيثاً مغيثاً مريعاً غدقاً مجللاً عامَّاً طبقاً سَحّاً دائماً . اللهم اسقنا الغيث ولا تجعلنا من القانطين ، اللهم إن بالعباد والبلاد والبهائم والخلق من اللأواء ( أي التعب ) والجهد والذَّنك ما لا نشكوه إلا إليك . اللهم أنبت لنا الزرع ، وأدرّ لنا الضّ‍رع ، واسقنا من بركات السماء ، وأنبت لنا من بركات الأرض ، اللهم ارفع عنا الجهد والجوع والعُرى ، واكشف عنا من البلاء ما لا يكشفه غيرك . اللهمَّ إنا نستغفرك إنك كنت غفاراً ، فأرسل السماء علينا مدراراً " . قال الشافعي : وأحب أن يدعو الإمام بهذا .
                ( مربعاً : أي يخصب الأرض ) (غدقاً : كثير الماء ) مُجلِّلاِّ : يعم نفعه البلاد ) ( طبقاً : يكون المطر على البلاد كالطبق يغطيها ) ، ( سَحّاً : شديد الوقع على الأرض ) .


[16] Di antaranya hadits Aisyah ra;
( ما كان رسول الله r يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى عشرة ركعة ) متفق عليه .
Rasulullah saw tidak pernah lebih dari sebelas rakaat di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Muttafaq alaih
[17] " اللهم لك الحمد ، أنت نور السماوات والأرض ومن فيهن ولك الحمد ، أنت قَيِّم السَّماوات والأرض ومن فيهن ولك الحمد ، أنت الحق ، ووعدُك الحق ولقاؤك حق ، والجنة حق ، والنارُ حق ، والنبيون حق ، ومُحمد حق ، والساعة حق ، اللهم لك أسلمت ،وبك آمنت ، وعليك توكلتُ ، وإليك أنبتُ ، وبك خاصمت ، وإليك حاكمت ، فاغفر لي ما قدمت وما أخرت وما أسررت وما أعلنتُ ، أنت الله لا إله إلا أنت " .

[18] Menurut madzhab Maliki dan Syafi;iy. Madzhab Hanafi menyatakan hukumnya wajib. Madzhab Hanbali menngatakan hukumnya fardhu kifayah bagi setiap orang yang wajib shalat jum’at. 
[19] Menurut madzhab Syafi’iy tidak makruh shalat sunnah sebelum dan sesudahnya ketika matahari sudah meninggi bagi selain imam. 

0 comments:

Posting Komentar